BNPB: Warga Halmahera Tengah Masih Mengungsi Meski Banjir Sudah Surut
Arsip - Foto udara pemukiman warga yang terendam banjir di Desa Lukulamo, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara, Senin (22/7/2024).
Foto: ANTARA/Andri SaputraJAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan warga korban banjir di Halmahera Tengah, Maluku Utara masih bertahan dipengungsian meskipun tinggi genangan air sudah mulai surut.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Jumat (26/7), mengatakan bahwa ada sebanyak 1.726 orang warga masih menempati pengungsian yang tersebar di delapan lokasi sampai dengan Kamis (25/7).
Pusdalops BNPB mencatat kedelapan posko yang menampung pengungsi korban banjir itu berada di Kecamatan Weda Tengah. Terdiri atas Makodim 1512/Weda (331 jiwa), posko pengungsian Lukulamo (373 jiwa) dan posko pengungsian Lelilef (363 jiwa).
Selanjutnya posko pengungsian Trans Waleh (134 jiwa), posko pengungsian Desa Kobe (132 jiwa), posko pengungsian Gereja Sawai (173 jiwa), posko pengungsian Mako Brimob (315 jiwa), dan posko gedung Irawati (49 jiwa).
Menurutnya para warga tersebut mayoritas memilih bertahan di pengungsian sambil melangsungkan pembersihan tempat tinggal masing-masing dan proses normalisasi lingkungan setelah banjir bergotong-royong bersama petugas gabungan.
Meski begitu BNPB memastikan semua kebutuhan dasar bagi para korban terpenuhi setidaknya sampai dengan masa tanggap darurat banjir berakhir pada Senin (5/8) mendatang, dengan harapan tidak terjadi bencana susulan.
Para korban tersebut terpaksa harus mengungsi karena kampung atau desa mereka dilanda banjir setinggi lebih dari 1 meter pada Minggu (21/7).
Banjir yang diperparah oleh luapan air Sungai Kobe dan air pasang tersebut sempat melumpuhkan mobilitas masyarakat tujuh desa di dua kecamatan karena jalan utama tergenang air dan beberapa longsoran tanah. Namun sudah kembali dibuka untuk dilintasi kendaraan roda dua ataupun roda empat sejak Kamis (25/7) siang.
Kabupaten Halmahera Tengah termasuk wilayah yang rawan terhadap banjir. BNPB melalui hasil kajian Indeks Risiko Bencana Indonesia (inaRISK) mengidentifikasi sebanyak delapan kecamatan memiliki indeks bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi dan luas risiko mencapai 13.250 hektare.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Malam Tahun Baru, Ada Pemutaran Film di Museum Bahari
- Kaum Ibu Punya Peran Penting Tangani Stunting
- Trump Tunjuk Produser 'The Apprentice', Mark Burnett, sebagai Utusan Khusus untuk Inggris
- Presiden Prabowo Terbitkan Perpres 202/2024 tentang Pembentukan Dewan Pertahanan Nasional
- 7 Obat Herbal Ini Ampuh Mengobati Nyeri Haid