Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Bisnis Sun Cable Berantakan Akibat Perselisihan antara Investor

Foto : Sun Cable

Ilustrasi rencana proyek Sun Cable untuk mengekspor energi matahari yang dihasilkan ke Singapura melalui kabel bawah laut.

A   A   A   Pengaturan Font

DARWIN - Perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan penyimpanan baterai terbesar di dunia, dari Australia, Sun Cable, baru-baru ini dilaporkan harus menjalani Administrasi Sukarela atau Voluntary Administration. Voluntary Administration adalah mekanisme untuk menyelamatkan bisnis dan perusahaan yang bangkrut di Australia sesuai ketentuan dari Komisi Sekuritas dan Investasi Australia (Australian Securities and Investments Commission/ASIC).

Dikutip dari ABC, perusahaan, yang investor utamanya termasuk miliarder Mike Cannon-Brookes dan Andrew "Twiggy" Forrest, memberikan pernyataan yang tidak jelas mengapa bisnis mereka runtuh.

"Penunjukan itu dilakukan menyusul tidak adanya keselarasan dengan tujuan semua pemegang saham," bunyi pernyataan Sun Cable.

"Sementara proposal pendanaan diberikan, konsensus tentang arah masa depan dan struktur pendanaan perusahaan tidak dapat dicapai," ujarnya.

Investor utama Sun Cable, Forrest dan Cannon-Brookes, dilaporkan ABC memiliki perbedaan pendapat tentang pendanaan dan arah perusahaan. Ini termasuk jumlah uang tunai yang signifikan yang dikeluarkan Sun Cable, dan kegagalannya untuk mencapai pencapaian tertentu, seperti yang diwajibkan oleh perjanjian pendanaan modal ventura.

Kedua miliarder tersebut adalah investor terkemuka dalam penawaran penggalangan modal sebesar 210 juta dolar AS dari Sun Cable, yang diumumkan pada Maret tahun lalu. Keduanya telah menjadi sosok vokal yang mendorong potensi Australia untuk menjadi pemimpin dunia dalam produksi energi hijau.

Cannon-Brookes menjanjikan dukungan

Firma penasihat global FTI Consulting telah ditunjuk sebagai administrator Sun Cable.

Perusahaan mengatakan itu adalah "keputusan sulit" untuk masuk ke administrasi, tetapi mengatakan perlu mencari "modal tambahan" untuk mendanai proyek-proyeknya.

"Ini kemungkinan akan melibatkan proses untuk mencari pernyataan minat baik untuk rekapitalisasi atau penjualan bisnis," kata pernyataan itu.

Cannon-Brookes, yang juga pemimpin Sun Cable, mengatakan, proyek tenaga surya telah mencapai banyak hal sejak didirikan pada 2018 dan tetap mendapatkan dukungan penuhnya.

"Saya yakin itu akan memainkan peran besar dalam memberikan energi hijau bagi dunia, di sini dari Australia," kata Cannon-Brookes seperti dikutip oleh Sun Cable.

"Saya sepenuhnya mendukung ambisi dan tim ini, dan berharap dapat mendukung bab perusahaan berikutnya," tegasnya.

Ambisi frustrasi

Sun Cable telah mengusulkan proyek ekspor energi hijau terbesar di dunia, dengan rencana untuk pembangkit listrik tenaga surya raksasa berkapasitas 20 gigawatt di wilayah federal Northern Territory, yang akan mengirimkan sebagian besar listrik ke Singapura melalui kabel bawah laut sepanjang 4.200 kilometer.

Ladang PLTS yang akan mencakup lahan seluas 12.000 hektar, setara dengan 12 ribu lapangan rugby iru akan didukung oleh jaringan baterai terbesar di dunia. Secara total, usaha tersebut (Australia-Asia PowerLink) diperkirakan menelan biaya lebih dari 30 miliar dolar AS.

Sun Cable berencana untuk mulai membangun AAPowerLink tahun depan, dan mulai memasok listrik 800 Megawatt ke Darwin pada 2027. Perusahaan juga menargetkan akan beroperasi penuh, dan menyediakan listrik ke Singapura pada 2029.


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top