Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Biden Akan Mendorong Tiongkok Lanjutkan Hubungan Militer dengan AS

Foto : istimewa

Presiden AS, Joe Biden, akan bertemu Presiden Tiongkok, Xi Jinping pada Rabu (15/11), untuk pertama kalinya dalam setahun.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - PresidenJoe Biden berniat untuk membangun kembali hubungan militer Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok, beberapa hari sebelum kedua pemimpin negara tersebut dijadwalkan bertemu. Demikian dikatakan penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, di Washington, Minggu (12/11).

Dikutip dariThe Straits Times, Biden akan bertemu langsung dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk pertama kalinya dalam satu tahun pada Rabu (15/11), di KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik atauAsia-Pacific Economic Cooperation (APEC)di San Francisco.

Ini akan menjadi pertemuan tatap muka kedua antara kedua pemimpin sejak Biden menjabat pada Januari 2021.

"Presiden bertekad untuk melihat terjalinnya kembali hubungan militer-ke-militer karena dia yakin hal itu demi kepentingan keamanan nasional AS," kata Sullivan dalam wawancara dengan program "Face the Nation" di CBS.

"Kita memerlukan jalur komunikasi itu agar tidak terjadi kesalahan atau salah perhitungan atau miskomunikasi," ungkapnya.

Sullivan mengatakan pemulihan hubungan militer dapat terjadi di setiap tingkat mulai dari kepemimpinan senior hingga tingkat operasional taktis, serta "di perairan dan udara di Indo-Pasifik".

Sebelumnya, Sullivan mengatakan di acara "State of the Union" CNN bahwa Biden akan berusaha untuk "mendorong kemajuan" dalam hubungan militer selama pertemuannya dengan Xi, tetapi menolak memberikan rincian lebih lanjut.

"Tiongkok pada dasarnya telah memutuskan hubungan komunikasi tersebut. Presiden Biden ingin membangun kembali hubungan tersebut. Ini adalah agenda utama," kata Sullivan.

Isu-isu Global

Menurut seorang pejabat senior AS, pertemuan Biden-Xi diperkirakan akan membahas isu-isu global mulai dari perang Israel-Hamas hingga invasi Russia ke Ukraina, hubungan Korea Utara dengan Russia, Taiwan, Indo-Pasifik, hak asasi manusia, produksi fentanil, kecerdasan buatan, serta isu-isu "keadilan", serta hubungan perdagangan dan ekonomi.

Hubungan antara kedua negara menjadi dingin setelah Biden pada Februari memerintahkan penembakan terhadap balon mata-mata Tiongkok yang terbang di atas Amerika Serikat. Namun para pejabat tinggi pemerintahan Biden telah mengunjungi Beijing dan bertemu dengan rekan-rekan mereka untuk membangun kembali komunikasi dan kepercayaan.

Sementara itu, akademisi terkemuka dari Institute for Tiongkok-America Studies, Denis Simon, mengatakan pertemuan Xi Jinping dan Joe Biden harus mendorong upaya dalam "menstabilkan hubungan" antara kedua perekonomian terbesar di dunia tersebut.

"Mereka tentu memiliki agenda sangat kompleks yang harus diselesaikan oleh kedua pihak. Namun yang pertama dan terpenting, mereka harus mencari cara untuk menstabilkan hubungan," kata Simon dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan Xinhua.

Simon juga merupakan seorang profesor Bisnis dan Teknologi Global di University of North Carolina Chapel Hill sekaligus direktur eksekutif Pusat Kebijakan Inovasi di Fakultas Hukum Duke University.

"Harus ada kejelasan yang lebih besar mengenai jalan mana yang kita ambil, ke mana tujuan kita, dan bagaimana kita akan mencapai hubungan jangka panjang yang dapat diterapkan antara kedua negara," kata Simon.

Dia pun menyuarakan harapan bahwa kebijaksanaan dan kepemimpinan kedua kepala negara tersebut dapat menghadirkan "hari esok yang lebih baik."

"Menjadi kewajiban bagi kedua negara dan para pemimpinnya untuk menemukan jalan ke depan guna mengurangi ketegangan dan agar warga kedua negara dapat memperoleh manfaat dari keterlibatan kedua pemerintah," ujarnya.

Simon menyuarakan harapan bahwa tanda-tanda positif yang baru-baru ini terjadi dalam hubungan AS-Tiongkok dapat mengarah pada hubungan yang lebih baik. "Fakta bahwa terjadi dialog (di antara) para pemimpin senior merupakan hal yang baik," kata Simon.

Dia menambahkan perjalanan yang dilakukan oleh berbagai pejabat senior dari kedua negara merupakan indikasi sesuatu yang positif sedang terjadi. "Dan sinyal-sinyal itu mereka sampaikan ke masyarakat umum," ujarnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top