Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Tiongkok Akan Mulai Babak Baru "Diplomasi Panda"

Foto : ANTARA/Desca Lidya Natalia

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, Tiongkok pada Kamis (22/02/2023).

A   A   A   Pengaturan Font

Beijing - Pemerintah Tiongkok menyebut telah menandatangani sejumlah perjanjian baru untuk kerja sama konservasi panda raksasa dengan sejumlah negara.

"Kami berharap babak baru kerja sama internasional mengenai konservasi panda raksasa antara Tiongkok dan negara-negara terkait akan semakin memperkaya penelitian ilmiah dalam melindungi panda raksasa dan spesies terancam punah lainnya serta menjalin ikatan yang lebih erat di antara masyarakat kita," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning saat menyampaikan keterangan rutin kepada media di Beijing, Tiongkok pada Kamis.

Diplomasi panda lazim diartikan sebagai tindakan ketika panda raksasa dikirim ke negara lain sebagai hadiah dari pemerintah Tiongkok. Tujuan diplomasi panda tersebut untuk membangun hubungan diplomatik dengan negara-negara lain.

Diketahui pada 2023, Tiongkok telah menerima kembali 17 panda raksasa dari berbagai negara yakni Jepang, Amerika, Prancis, Belanda, Malaysia, Inggris dan Jerman dan per 2024 tidak ada panda di Amerika Serikat (AS) karena semua dipulangkan.

Terhitung selain panda-panda di AS yang dikembalikan, ada 65 panda yang tersebar di 18 negara termasuk 32 anak panda yang lahir di berbagai negara.

"Kami mengetahui bahwa otoritas Tiongkok terkait telah menandatangani perjanjian baru dengan Kebun Binatang Madrid di Spanyol dan Kebun Binatang San Diego di AS soal kerja sama konservasi panda raksasa," tambah Mao Ning.

Saat ini, sebut Mao Ning, juga sedang dilakukan konsultasi dengan Kebun Binatang Nasional di Washington DC dan Kebun Binatang Schönbrunn di Austria mengenai kerja sama konservasi panda raksasa.

"Panda raksasa adalah harta nasional Tiongkok dan mendapat kasih sayang dari orang-orang di seluruh dunia. Sejak tahun 1990-an, Tiongkok telah melakukan kerja sama konservasi panda raksasa dengan 26 lembaga dari 20 negara untuk meningkatkan kapasitas konservasi dan penelitian panda raksasa," ungkap Mao Ning.

Diplomasi panda, menurut Mao Ning, dapat meningkatkan kerja sama internasional dalam diskusi satwa liar langka dan terancam punah maupun memperdalam persahabatan antara masyarakat Tiongkok dan negara-negara lain.

Panda-panda raksasa yang sudah pulang ke Tiongkok antara lain adalah Tian Tian (26), Mei Xiang (25), dan Xiao Qi Ji (3) yang dipulangkan dari Smithsonian National Zoo di Washington DC, AS pada November 2023.

Ada juga Ya Ya (22 tahun) yang pulang pada April 2023 dari Kebun Binatang Memphis, AS.

Sedangkan para panda yang akan pulang ke Tiongkok adalah Yan Guang dan Tian Tian akan kembali ke Tiongkok setelah 12 tahun menghuni Kebun Binatang Edinburgh, Inggris sebagai bagian dari kerja sama antara Royal Zoological Society of Scotland (RZSS) dan Tiongkok Wildlife Conservation Association (CWCA).

Ada juga Xiang Xiang (6) yang lahir di Kebun Binatang Ueno Jepang dan Fubao, anak panda pertama yang lahir di Korea Selatan dan akan dikembalikan ke Tiongkok pada Maret 2024.

Status seluruh panda adalah pinjaman dari Tiongkok dengan kontrak yang diperbarui tiap 10 tahun. Biaya peminjamannya 500.000 dolar AS per tahun untuk setiap ekor panda.

Setiap anak panda yang lahir di luar negeri memang harus dikembalikan ke Tiongkok pada rentang usia 2-4 tahun. Mereka akan dimasukkan ke dalam penangkaran di Chengdu untuk dikembangbiakkan.

Bahkan hubungan Tiongkok-AS mulai mencair adalah ketika Perdana Menteri Tiongkok, Zhou Enlai memberikan dua ekor panda bernama Ling Ling dan Xing Xing kepada Presiden AS Ricard Nixon pada 1972.

Semenjak 1972, Tiongkok menggencarkan kembali diplomasi panda untuk memperbaiki hubungan bilateral terhadap negara-negara Barat khususnya, seperti Jerman, Perancis, Spanyol dan Meksiko.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top