Senin, 20 Jan 2025, 17:59 WIB

BI Sebut Penyaluran Kredit Baru pada Triwulan IV-2024 Meningkat, Berikut Ini Penggeraknya

Pedagang menyiapkan pesanan pembeli di gerobaknya yang menyediakan pembayaran menggunakan Kode Respons Cepat Standar Indonesia (QRIS) di Jakarta Pusat, Kamis (16/1/2025).

Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan

JAKARTA - Hasil Survei Perbankan Bank Indonesia (BI) mengindikasikan penyaluran kredit baru pada triwulan IV 2024 meningkat dibandingkan triwulan III 2024.

Hal itu tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru sebesar 97,9 persen pada triwulan IV 2024, lebih tinggi dibandingkan 80,6 persen pada triwulan sebelumnya.

“Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan pertumbuhan kredit baru terindikasi bersumber dari kredit investasi dan kredit modal kerja,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso di Jakarta, Senin (20/1).

Merujuk data BI, SBT kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing sebesar 91,7 persen dan 88,5 persen. Angka tersebut tumbuh dibandingkan SBT kredit modal kerja dan kredit investasi yang pada triwulan III 2024 masing-masing sebesar 72,5 persen dan 77,1 persen.

Sedangkan kredit konsumsi pada triwulan IV 2024 terindikasi lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan SBT 62,9 persen dari sebelumnya 84,3 persen.

BI mencatat, perlambatan kredit konsumsi didorong oleh penyaluran kredit KPR (SBT 53,9 persen) dan kredit kendaraan bermotor (SBT 24,2 persen) yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Adapun secara sektoral, pertumbuhan kredit baru tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas dan air dengan SBT 80,6 persen pada triwulan IV 2024. Kemudian diikuti sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (SBT 80,2 persen) dan sektor industri pengolahan (SBT 79,3 persen).

Selanjutnya, pada triwulan I 2025 penyaluran kredit baru diprakirakan tetap kuat dengan SBT prakiraan penyaluran kredit baru sebesar 82,3 persen.

Standar penyaluran kredit pada triwulan I 2025 diprakirakan sama ketat dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini terindikasi dari indeks lending standard (ILS) yang positif sebesar 0,2.

Aspek kebijakan penyaluran kredit yang diprakirakan lebih ketat antara lain plafon kredit, suku bunga kredit, dan premi kredit beresiko.

Menurut BI, hasil survei menunjukkan responden memprakirakan pertumbuhan kredit sampai dengan akhir tahun 2025 tetap optimis, dengan prakiraan pertumbuhan outstanding kredit yang kuat.

Optimisme tersebut antara lain didorong oleh prospek kondisi ekonomi dan moneter serta relatif terjaganya risiko dalam penyaluran kredit.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan: