Kamis, 21 Nov 2024, 06:10 WIB

Bermain Gim Baik untuk Mengasah Keterampilan di Tempat Kerja

Foto: afp/ Josep LAGO

Ternyata ber­main gim baik untuk Anda! Peneli­tian terbaru menun­jukkan bahwa para gamer daring multipemain masif, belajar dengan bermain gim daring dan keterampilan mereka di tempat kerja semakin terasah.

Stereotip lama bahwa bermain gim daring berdampak buruk bagi seseorang kini dibantah oleh sebuah laporan baru yang menyatakan bahwa bermain gim daring justru berguna dalam pengembangan keterampilan berharga di tempat kerja.

1732115452_c63db4f9b7cf6f236409.jpg

Foto: AFP/ Brendan Smialowski

Menurut laporan baru-baru ini dalam jurnal Human Resource Development International yang ditulis Melika Shirmohammadi, asisten profesor di University of Houston (UH) College of Technology, menyatakan bahwa para pemain gim daring multipemain masif belajar melalui permainan dan keterampilan mereka di tempat kerja diperkaya oleh jam-jam yang tampaknya tiada akhir yang sebelumnya dianggap sebagai membuang waktu yang sia-sia.

Laporan Shirmohammadi mungkin tak akan menghentikan upaya para penentang dan pencela menyalahkan dampak buruk gim daring terhadap kaum muda, namun stereotip ini, menurut Shirmohammadi perlu dihentikan.

“Gim daring sering kali mendapat reputasi buruk, tetapi penelitian kami mengungkap cerita yang berbeda. Kami menemukan bahwa gim sebenarnya dapat membantu seseorang mengembangkan keterampilan berharga di tempat kerja,” lapor Shirmohammadi seperti dikutip dari laman sciencedaily edisi 18 November lalu.

“Keterampilan ini meliputi pemecahan masalah, kerja sama tim, kepemimpinan, dan bahkan kepercayaan diri. Penelitian kami menunjukkan bahwa bermain gim, jika dilakukan secukupnya, dapat menjadi cara bagi orang untuk berkembang baik secara pribadi maupun profesional,” ungkap dia.

Entah mereka (para penentang dan pencela) menyadarinya atau tidak, perusahaan-perusahaan telah merekrut banyak sekali pemain gim daring multipemain. Pertimbangannya amat sederhana. Jutaan orang memainkan gim massively multiplayer online (MMO), di mana mereka bermain bersama dalam dunia virtual. Tiga gim teratas seperti World of Warcraft, Destiny 2, dan Final Fantasy, masing-masing mengklaim 150,6 juta, 49,7 juta, dan 60,3 juta total pemain.

“Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti hobi, bagian yang jarang diteliti tetapi lazim di ranah nonpekerjaan, untuk memahami apakah dan bagaimana permainan MMO secara positif memperkaya ranah pekerjaan karyawan,” papar Shirmohammadi.

Untuk laporan penelitiannya ini, tim Shirmohammadi yang terdiri dari Mina Beigi dan Mostafa Ayoobzadeh, melakukan studi kualitatif terhadap 23 pemain MMO yang bekerja dan memiliki rata-rata 20 tahun pengalaman bermain video game dan telah memainkan gim MMO selama minimal 10 tahun.

Gim MMO yang diteliti (termasuk World of Warcraft, EVE, dan Final Fantasy) mengharuskan pemain untuk mengkoordinasikan tugas untuk mencapai tujuan kolektif, menghormati norma tim (misalnya, datang tepat waktu untuk misi), berkolaborasi dengan orang lain sebagai bagian dari tim, dan menghindari perilaku sembrono atau tidak diperhitungkan, yang dapat membahayakan misi.

Di antara hasil positif penelitian tersebut, para gamer menyatakan bahwa mereka memandang pekerjaan sebagai teka-teki yang dapat dipecahkan, dan pengalaman mereka menghasilkan peningkatan kesabaran dalam menghadapi masalah dan mendorong mereka untuk tekun dalam memecahkannya.

Salah satu peserta, seorang insinyur, berkata, “Saya hanya melihat sebuah teka-teki dan saya termotivasi untuk memecahkannya. Jadi, saya rasa, hal itu mempengaruhi pola pikir saya, sehingga saya memandang segala sesuatu sebagai sesuatu yang dapat dipecahkan.”

Pemain lain mengatakan mereka bisa mengembangkan rasa percaya diri melalui permainan karena mereka merasa senang dengan tingkat keberhasilan dalam dunia permainan daring. Sementara yang lain melaporkan mengembangkan kesadaran diri saat mereka menerima umpan balik tentang keterampilan mereka sendiri dan cara mereka bermain bersama anggota tim.

Dapat Ditransfer

Kemampuan gamer dalam melatih keterampilan seperti mengevaluasi kinerja, memberikan umpan balik, memberikan instruksi, dan menginspirasi orang lain, juga ditelusuri dari permainan mereka.

Beberapa peserta bahkan menyebutkan ada kesamaan antara permainan dan pekerjaan yang membuat keterampilan tersebut dapat ditransfer. Seperti diketahui bahwa memahami pengayaan non-kerja-ke-pekerjaan sangat penting bagi para profesional HRD karena hal ini menyoroti pentingnya menumbuhkan pandangan holistik tentang pengembangan karyawan.

Dengan mengakui dan mendukung manfaat aktivitas nonkerja, organisasi dapat mendorong tenaga kerja agar lebih terlibat, puas, dan berkinerja tinggi.

Seorang spesialis TI, menggambarkannya seperti berikut: “Saya berhadapan dengan banyak orang baru (di tempat kerja). Karena saya berusaha keras dalam melakukan semua pembinaan, saya menjadi lebih maju dari beberapa kolega dalam menjelaskan cara melakukan hal-hal tertentu (kepada karyawan baru).”

“Studi kami memperluas pemahaman tentang pengayaan non-kerja-ke-pekerjaan ke konteks permainan MMO dan mengungkap bagaimana hobi, sebagai subdomain kehidupan yang kurang dipelajari, dapat bermanfaat bagi pekerjaan,” ucap Shirmohammadi.

“Dengan berfokus pada implikasi positif dari permainan MMO dan kontribusinya yang potensial terhadap ranah kerja karyawan, kami menantang stereotip negatif umum di tempat kerja tentang gamer dan menganjurkan pengayaan potensial keterampilan di tempat kerja yang dihasilkan dari permainan selama waktu nonkerja,” lapor penelitian Shirmohammadi. hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan: