Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Beri Ruang Perbankan Kelola Likuiditas, LPS Pertahankan Tingkat Bunga Penjaminan

Foto : Istimewa

Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa (tengah) bersama pimpinan LPS lainnya menyampaikan hasil Rapat Dewan Komisioner tentang Tingkat Suku Bunga Penjaminan di Jakarta, Senin (30/9)

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) pada Senin (30/9) telah mengevaluasi dan menetapkan Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) bagi simpanan dalam rupiah di bank umum dan Bank Perekonomian Rakyat (BPR), serta simpanan dalam bentuk valuta asing (valas) di bank umum. Hasil RDK memutuskan untuk mempertahankan TBP simpanan rupiah di bank umum dan BPR serta simpanan valas di bank umum.

Saat ini, TBP simpanan rupiah pada Bank Umum adalah 4,25 persen dan TBP simpanan rupiah pada BPR ialah 6,75 persen. Sedangkan untuk TBP simpanan valas pada bank umum adalah sebesar 2,25 persen.

Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa dalam keterangan persnya mengatakan penetapan tersebut salah satunya didasari untuk memberikan ruang lanjutan bagi perbankan dalam pengelolaan likuiditas dan suku bunga.

TBP tersebut akan berlaku untuk periode 1 Oktober 2024 hingga 31 Januari 2025. TBP simpanan sendiri adalah batas suku bunga simpanan maksimal agar simpanan nasabah perbankan dapat masuk program penjaminan simpanan.

Secara umum kata Purbaya, pertumbuhan ekonomi lintas negara sepanjang 2024 cukup menjanjikan meskipun masih berada dalam laju yang berbeda-beda dan belum sepenuhnya optimal ke level pra-pandemi.

"Meski demikian, ke depan masih terdapat beberapa risiko ketidakpastian yang tetap perlu dicermati antara lain, indikasi penurunan aktivitas manufaktur global, eskalasi konflik geopolitik kawasan, transisi pemerintahan di berbagai negara yang potensial mempengaruhi arah kebijakan ekonomi serta ekspektasi lanjutan pemangkasan suku bunga yang dapat mempengaruhi sentimen investor pasar keuangan," jelasnya.

Kinerja ekonomi domestik pun kata Purbaya masih baik dan perlu terus didorong lebih tinggi. Perbaikan kinerja tersebut tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen 112,4 berada di zona optimis diikuti dengan tren penjualan riil di zona positif 5,8 persen secara yoy (Agustus 2024).

Sementara, kinerja neraca perdagangan mencatat surplus 2,9 miliar dollar AS dan berkontribusi mendukung ketahanan eksternal.

"Dari sinilah aktivitas ekonomi lintas sektor dan ekspansi korporasi perlu terus didorong lebih tinggi agar dapat berkontribusi pada peningkatan daya beli rumah tangga dan kualitas pertumbuhan ekonomi," tambahnya.

Kredit Perbankan

Dia juga menyampaikan beberapa perkembangan positif terkini yaitu, kinerja industri perbankan terus membaik ditopang sektor korporasi. Per Agustus 2024, kredit perbankan tumbuh sebesar 11,40 persen secara yoy, sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 7,01 persen secara yoy. Sektor korporasi masih memberikan kontribusi pertumbuhan terbesar baik di sisi kredit maupun DPK masing masing sebesar 14,50 persen dan 15,14 persen secara yoy.

Kemudian, kondisi permodalan perbankan masih solid. Rasio permodalan (KPMM) industri terjaga di level 26,48 persen pada periode Agustus 2024. Sementara itu, kondisi likuiditas masih relatif memadai dengan rasio rasio AL/NCD berada di level 112,91 persen dan AL/DPK sebesar 25,37 persen

Sebagai informasi, cakupan penjaminan simpanan LPS juga berada pada level yang memadai, dimana sesuai amanat UU, LPS menjamin setiap rekening simpanan nasabah perbankan di Indonesia hingga 2 miliar rupiah per nasabah per bank.

Berdasarkan data Agustus 2024, jumlah rekening nasabah bank umum yang dijamin seluruh simpanannya (simpanan sampai dengan 2 miliar rupiah sebesar 99,27 persen dari total rekening atau setara dengan 592,42 juta rekening.

Sedangkan pada BPR/BPRS, jumlah rekening yang dijamin seluruh simpanannya (simpanan sampai dengan 2 miliar) sebesar 99,78 persen dari total rekening atau setara dengan 15,81 juta rekening.

"Cakupan simpanan perbankan tersebut nilainya berada di atas amanat UU LPS sekurang-kurangnya sebesar 90 persen di atas rata-rata negara-negara anggota International of Deposit Insurers atau IADI yang berkisar di 80 persen," tambahnya.

Kondisi Likuiditas

Lebih lanjut LPS pun terus memantau pergerakan atas tren suku bunga simpanan perbankan nasional, baik yang berdenominasi rupiah maupun valuta asing. Saat ini Suku Bunga Simpanan (SBP) terpantau naik 17 basis poin (bps) menjadi sebesar 3,58 persen jika dibandingkan periode penetapan TBP bulan Mei 2024.

Tren tersebut dipengaruhi faktor kondisi likuiditas dan ekspansi kredit yang meningkat cukup tinggi. Langkah pemangkasan suku bunga acuan masih relatif terbatas dampaknya dan membutuhkan waktu agar dapat diterima oleh bank.

Sementara itu, SBP simpanan valas terpantau naik 2 bps ke level 2,14 persen dibandingkan periode penetapan TBP bulan Mei 2024. Kondisi likuiditas valas, ekspektasi terhadap lanjutan pemangkasan suku bunga Fed Fund Rate diperkirakan akan mempengaruhi arah pergerakan SBP valas ke depan.

Purbaya mengimbau agar bank transparan dan terbuka menyampaikan kepada nasabah penyimpan mengenai besaran Tingkat Bunga Penjaminan yang berlaku saat ini. Diantaranya melalui penempatan informasi tersebut di tempat yang mudah diketahui nasabah atau melalui media informasi serta channel komunikasi bank kepada nasabah.

"Dalam rangka memperkuat perlindungan dana nasabah serta upaya menjaga kepercayaan nasabah deposan, LPS juga mengimbau agar bank selalu memperhatikan ketentuan Tingkat Bunga Penjaminan simpanan dimaksud dalam rangka penghimpunan dana," pungkasnya.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top