Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Nilai Tukar - Jangan Terlena dengan Penguatan Rupiah Belakangan Ini

Bergantung "Hot Money", Rupiah Masih Rawan Gejolak

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Di sisi lain, Partai Republik, seperti yang telah diperkirakan, mempertahankan mayoritas kursinya di Senat. Terbaginya kendali ini dipandang akan memperlemah dukungan bagi agenda pemerintahan Presiden Donald Trump ke depannya, meskipun diperkirakan tidak akan banyak memengaruhi kebijakan perdagangannya.

"Pasar negara berkembang (emerging market) akan mendapatkan keuntungan dari pelemahan dollar AS setelah pemilu paruh waktu, tetapi kelegaan ini hanya bersifat sementara saat kuatnya ekonomi AS akan mendukung greenback," kata Hannah Anderson, pakar strategi pasar global di JPMorgan Asset Management, Hong Kong.

Baca Juga :
Layanan Perbankan

Menurut dia, hasil akhir pemilu paruh waktu ini tidak akan berdampak pada kebijakan perdagangan Trump, yang akan terus membebani pasar negara berkembang. Dollar AS diperkirakan mendapatkan dukungan lebih lanjut dari pertemuan kebijakan moneter bank sentral AS, Federal Reserve, yang akan digelar pada 7-8 November.

The Fed diperkirakan akan menegaskan kembali niatnya mengenai kenaikan lebih lanjut untuk Fed Funds Rate. Nafan juga menilai, ke depan, rupiah masih dibayangi koreksi karena pemerintah hanya mengandalkan hot money. Namun, koreksi itu masih dalam level yang wajar karena rupiah saat ini bisa dikatakan menguat cukup signifikan setelah jatuh ke titik terendah melebihi level 15.200 rupiah per dollar AS.


Halaman Selanjutnya....

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top