Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Nilai Tukar - Jangan Terlena dengan Penguatan Rupiah Belakangan Ini

Bergantung "Hot Money", Rupiah Masih Rawan Gejolak

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Ini merupakan level penutupan terkuat dalam sekitar 2,5 bulan. Adapun pada perdagangan Selasa (6/11), rupiah juga berakhir menguat tajam 173 poin (1,16 persen) menjadi 14.804 per dollar AS. Dalam dua hari, mata uang RI itu telah membukukan apresiasi 387 poin atau 2,61 persen dari pelemahan terakhir di level 14.977 rupiah per dollar AS pada Senin (5/11).

Meski demikian, sepanjang tahun ini (per 7 November), rupiah masih terdepresiasi 7,64 persen, atau terburuk kedua di antara mata uang Asia lainnya setelah rupee India yang terpangkas 14,3 persen.

(Lihat infografis) Pelaku pasar mengemukakan untuk menjaga stabilitas rupiah, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus segera melakukan perbaikan struktural agar ke depan defisit transaksi berjalan tidak melebar, contohnya memacu investasi asing langsung di sektor riil atau foreign direct investment (FDI), khususnya yang berorientasi ekspor. Ini perlu dilakukan karena investasi asing di pasar saham dan obligasi bersifat hot money yang cukup rentan oleh sentimen global.

"Pergerakan dana ini sangat dinamis. Aliran dana baik yang masuk maupun keluar begitu cepat, sehingga tidak bisa diandalkan untuk menjaga nilai tukar tetap stabil," ujar analis Muhammad Nafan Aji Gusta, di Jakarta, Rabu. Derasnya aliran dana asing tecermin dari posisi investor asing yang terus membukukan aksi beli bersih di pasar saham dalam sepuluh hari berturut turut.

Pada perdagangan kemarin, pemodal mancanegara itu mencatatkan beli bersih 738 miliar rupiah. Sedangkan di pasar Surat Berharga Negara (SBN), porsi kepemilikan asing meningkat dari 36,93 persen pada akhir Oktober menjadi 37,01 persen pada 6 November atau senilai 869,4 triliun rupiah.
Halaman Selanjutnya....

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top