Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
GAGASAN

Beras dan Kesejahteraan Petani

Foto : KORAN JAKARTA/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

Menurut Ozay Mehmet dalam Westernizing the Third World: The Eurocentricity of Economic Development Theories (1997) disebut sebagai jebakan ekonomi pendapatan rendah yang mengakibatkan ketiadaan tabungan. Ini menyebabkan akumulasi modal tidak maksimal. Selanjutnya, produktivitas rendah sehingga melahirkan pendapatan minim pula.

Dengan demikian, diperlukan kebijakan pemerintah mendukung peningkatan pendapatan petani, khususnya padi yang selama ini tidak menikmati harga produk di tingkat konsumen akhir. Dengan asumsi harga gabah kering panen 3.700 per kilogram, pendapatan per kapita petani 438.125 per bulan (Arif, 2015).

Angka itu pun dengan asumsi kepemilikan lahan petani yang digunakan satu hektare. Jika ternyata lebih rendah dari itu, bisa dipastikan para petani berada di bawah garis kemiskinan. Rata-rata luas lahan sawah yang dikuasai rumah tangga dan usaha pertanian 0,2 Ha (Sensus Pertanian, 2013).

Di sisi lain rasionalitas petani untuk menanam tanaman pangan juga dipengaruhi harga input tanaman pangan. Pada November 2016, misalnya, terjadi penurunan indeks NTP petani, terutama di subsektor pertanian pangan sebesar 0,4 dari NTP sebelumnya. Ini dipengaruhi kenaikan harga-harga kebutuhan rumah tangga dan input tanam.

Pada suatu penelitian di Kota Madiun, setidaknya terdapat enam pihak terlibat dalam distribusi beras dari petani hingga konsumen. Mereka tengkulak, penggilingan (baik besar maupun kecil), bulog, pedagang besar, pedagang, dan pengecer. Setiap pihak dalam rantai distribusi memengaruhi harga beras berdasarkan biaya produksi, perolehan input, dan persaingan antardistributor sendiri. Hubungan ini dapat terjadi secara horizontal maupun vertikal.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top