Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hubungan Multilateral

“Belt and Road Initiative" Jadi Wujud Tiongkok untuk Jalin Kerja Sama Global

Foto : PAVEL BEDNYAKOV/POOL/AFP

Presiden Russia, Vladimir Putin dijadwalkan menghadiri Forum “Belt and Road” ketiga yang akan diadakan di Beijing pada 17–18 Oktober.

A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Presiden Russia, Vladimir Putin, pada Minggu (15/10), mengatakan Inisiatif Sabuk dan Jalan atau "Belt and Road Initiative" (BRI) Tiongkok sebagai wujud keinginan negara Tirai Bambu ini untuk bekerja sama di arena global.

"Kami melihat bahwa beberapa orang menganggapnya sebagai upaya Republik Rakyat Tiongkok untuk menghancurkan negara lain, namun kami tidak melihatnya seperti itu. Kami hanya melihat keinginan untuk bekerja sama," kata Putin dalam wawancara dengan China Media Corporation, dikutip kantor berita Russia, RIA.

"Menurut pendapat saya, keuntungan utama dari konsep kerja sama yang diusulkan Tiongkok adalah bahwa dalam kerangka kerja sama, tidak ada yang memaksakan apa pun pada orang lain," katanya.

Dikutip dari The Straits Times, menurut Putin, ciri unik Tiongkok dalam membangun hubungan dengan negara lain saat ini adalah tidak ada yang memaksakan atau memaksakan apa pun pada siapa pun. Mereka hanya memberikan peluang.

"Inilah perbedaan antara Inisiatif Sabuk dan Jalan yang dicanangkan Presiden Xi Jinping dan proyek-proyek lain yang dilakukan oleh negara-negara yang bernuansa kolonial," kata Putin.

Dia juga mengatakan BRI tepat waktu dan berkembang dengan baik. Putin dijadwalkan menghadiri Forum BRI ketiga, yang akan diadakan di Beijing mulai Selasa hingga Rabu. Ia menghadiri dua forum sebelumnya, pada 2017 dan 2019.

Jaringan Energi

BRI adalah rencana infrastruktur global dan jaringan energi yang diluncurkan Tiongkok satu dekade lalu untuk menghubungkan Asia dengan Afrika dan Eropa melalui jalur darat dan laut.

Tiongkok, sebelummnya pada Selasa (10/10), mengumumkan proyek inisiatif kerja sama Sabuk dan Jalan telah menghasilkan kontrak senilai dua triliun dollar AS di seluruh dunia, setara dengan ukuran beberapa perekonomian negara terbesar di dunia.

Dikutip dari Agence France- Presse (AFP), sebuah buku putih dari Dewan Negara Tiongkok menyatakan negara-negara yang berpartisipasi dalam inisiatif ini berutang lebih dari 300 miliar dollar AS kepada Bank Ekspor-Impor Tiongkok (Eximbank), angka yang menurut seorang pakar mungkin terlalu diremehkan, namun menunjukkan betapa besarnya utang infrastruktur dalam perekonomian global.

Bulan ini, Tiongkok merayakan ulang tahun ke-10 BRI, dengan Beijing telah menggelontorkan satu triliun dollar AS untuk proyek-proyek di seluruh dunia yang merupakan proyek gepolitik yang menentukan bagi Presiden Xi Jinping.

Namun, para kritikus telah lama menuduh Tiongkok memikat negara-negara berpendapatan rendah ke dalam perangkap utang dengan menawarkan pinjaman dalam jumlah besar dan tidak terjangkau.

Beijing mengatakan nilai kontrak konstruksi yang ditandatangani dengan mitranya kini berjumlah dua triliun dollar, setara dengan perekonomian Russia atau Kanada. "Dan omzet sebenarnya dari kontraktor Tiongkok mencapai 1,3 triliun dollar AS," katanya.

Dikatakan saldo pinjaman untuk proyek-proyek BRI dari Eximbank, kreditor utama BRI, kini berjumlah 2,2 triliun yuan (307,4 miliar dollar AS).

"Jumlah tersebut mencakup lebih dari 130 negara yang berpartisipasi dan mendorong lebih dari 400 miliar dollar AS investasi dan lebih dari dua triliun dollar AS perdagangan," kata buku putih tersebut, yang menunjukkan rata-rata utang per negara sebesar 2,4 miliar dollar AS.

Makalah ini tidak merinci negara mana saja yang paling banyak berutang, maupun jenis suku bunga yang harus mereka bayarkan.

Seorang pakar mengatakan kepada AFP angka tersebut, meski besar, kemungkinan besar diremehkan.

"Ada makalah penelitian akademis lain yang menulis mengenai utang tersembunyi ini yang jumlahnya bisa mencapai 800 miliar dollar AS," kata peneliti nonresiden di Global China Hub di Atlantic Council, Niva Yau.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top