Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Beda Daerah, Beda Sajian Sate

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Dari berbagai sumber, akhirnya diketahui bahwa penggunaan tusuk lidi untuk sate, baru diketahui pada abad 15 oleh Batara Katong selaku Bupati Ponorogo yang pertama. Hingga saat ini potongan daging sate Ponorogo dipotong memanjang dan dibuat dengan cara primitif seperti awal mulanya, dibanding jenis sate lain.

Dalam perkembangannya kemudian, para ulama menggunakan sate sebagai media perlawanan anti Belanda terlebih pasca perang Diponegoro. Sehingga tren makan sate di kalangan rakyat terjadi pada pertengahan abad ke 18 hingga ke awal abad 19.

Selain itu, sate menjadi tradisi pada kalangan umat Islam pada Hari Raya Idul Adha. Hal ini menjadi bukti dilakukannya perang secara politik terhadap Belanda.

Lantas kenapa disebut kata sate? Berasal dari bahasa Jawa yaitu "Sak Beteng" (Tulisan: Sak Biting) yang berarti satu tusuk, karena sebenarnya tusuk sate pada awalnya menggunakan dari lidi. Namun ada yang menyimpulkan lain yaitu kata "Sak Set" yang berarti satu set atau satu paket, mengingat biasanya satu paket sate terdiri dari 10 tusuk.

Lidi yang dipakai biasanya dari bambu yang dikecilkan. Dipilih karena lebih kokoh dan kuat saat melalui proses pembakaran dibandingkan lidi sendiri maupun jenis-jenis kayu lainnya, terlebih bambu lebih mudah dibentuk.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top