Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Beban Berat Perlindungan Anak di Lingkungan Tercemar Sampah

Foto : Koran Jakarta/KPNas

Anak-anak mengikuti orang tuanya mengais sampah, memilah sampah, membantu mengurus rumah tangga, dll.

A   A   A   Pengaturan Font

Metana dan karbon dioksida merupakan produk dari pembusukan anaerobik dari sampah organik. Jika kandungan metana di udara mencapai 5 - 15%, maka landfill dapat meledak, karena pada kondisi tersebut, jumlah oksigen dalam landfill sangat terbatas. (Djoko Heru Martono, 2004).

Selanjutnya pakar tersebut mengatakan, leachate mengandung beberapa zat dan parameter yang pada kadar tertentu bersifat sebagai pencemar. Zat dan parameter tersebut diantaranya: Amonia nitrat, biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), Sulfat, dan pH < 7.

Kandungan BOD yang tinggi pada leachate menunjukkan kadarnya pH nya rendah. Kondisi pH rendah/agak asam di bawah kisaran normal akan membuat hewan air menjadi hipersensitif terhadap parasit (mikroba). Hal ini menyebabkan hewan air mengalami gangguan pertumbuhan atau bahkan terancam kehidupannya.

Rasanya miris, masih banyak anak kecil yang membantu orang tuanya mengais, memilah sampah. Bahkan, ketika mengais sampah di TPA/TPST menemukan sisa-sisa makanan, buah-buahan dicomot dan langsung dimakan. Ini bukan fiksi, fakta sejarah kemanusiaan memilukan ketika kita menggembar-gemborkan plank: Menuju Indonesia Emas 2045. Lalu, bagaimana dengan nasib anak-anak di lingkungan tercemar ini? Mereka hidup dalam permainan struktural dan terperangkap framework politik dan kekuasaan yang memiskinkan dan menistakan.

Dalam buku "Potret Kehidupan Pemulung: Dalam Bayangan Kekuasaan dan Kemiskinan" karya Bagong Suyoto disebutkan bagaimana menyelamatkan dan mengarahkan masa depan anak-anak agar tidak terjebak dalam lingkaran kehidupan orang tuannya. Apakah mereka akan mewarisi label orang tuannya sebagai pemulung, pengais sampah? Ada yang menjuluki si gembel. Apakah anak-anak pemulung juga disebut gembel? Harus ada kebijakan yang memihak mereka?
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top