Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 28 Nov 2024, 00:01 WIB

Bappenas: Industrialisasi dan Hilirisasi Jadi Kebijakan Sentral

Seorang pengunjung berjalan di depan Gedung Aneuk Muda Aceh Unggul dan Hebat Aceh yang telah selesai pembangunannya di Kawasan Industri Aceh Ladong, Aceh Besar, Aceh, Minggu (13/10/2024).

Foto: ANTARA/Irwansyah Putra

Jakarta - Wakil Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Febrian Alphyanto Ruddyard menyatakan industrialisasi dan hilirisasi menjadi kebijakan sentral untuk meningkatkan kontribusi industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

“Dalam agenda transformasi ekonomi, industrialisasi dan hilirisasi menjadi kebijakan sentral untuk membalikkan kontribusi sektor industri terhadap PDB menjadi meningkat,” ucapnya dalam acara CEO INSIGHT - 15TH KOMPAS100 CEO FORUM di Jakarta, Selasa.

Berdasarkan kekayaan alam di Indonesia, nikel menjadi komoditas dengan cadangan bijih terbesar di dunia dengan total 5,24 miliar ton, 49,7 juta ton produksi Crude Palm Oil (CPO) terbesar sedunia, cadangan bauksit 3,13 miliar ton, dan 9,2 juta ton produksi rumput laut terbesar kedua di dunia.

Hilirisasi komoditas prioritas dinilai menjadi kunci peningkatan nilai tambah dengan potensi tambahan PDB 165 miliar dolar AS.

Industrialisasi turut akan difokuskan pada beberapa sektor prioritas, yakni industri berbasis sumber daya alam atau hilirisasi (agro, tambang, dan sumber daya laut), industri padat karya berkelanjutan, industri dasar (kimia dan logam), serta industri padat teknologi (farmasi, elektronik, dan alat angkutan).

Di sisi lain, lanjutnya, pengembangan industri perlu juga memperhatikan aspek lingkungan untuk meningkatkan daya saing.

Saat ini, sektor industri pengolahan merupakan sektor terbesar kedua penghasil emisi karbondioksida. Kemudian, tuntutan delapan negara pembeli terbesar biji nikel dunia telah menetapkan komitmen net zero emission (NZE) dalam bentuk kebijakan dan peraturan.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, strategi untuk mendorong pengembangan industri hijau adalah penerapan ekonomi sirkular yang diperkirakan meningkatkan PDB sebesar Rp539-638 triliun pada tahun 2030.

Kedua adalah pembangunan Eco-Industrial Park yang menggunakan energi baru terbarukan, bahan dan sumber daya berkelanjutan, mengurangi limbah, mendorong perusahaan daur ulang dan fasilitasi pemilahan, remodelling bisnis, pemanfaatan teknologi digital, serta simbiosis industri.

Terakhir yaitu mengembangkan lima sektor prioritas ekonomi sirkular, yakni pangan, tekstil, konstruksi, plastik, dan elektronik.

Sebelumnya pada Kamis (21/11), Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan bahwa industrialisasi harus menjadi fokus, terutama terhadap industri-industri prioritas.

Menurut dia, industri dasar merupakan fondasi industrialisasi di manapun negara yang melakukan proses perubahan tersebut.

Tanpa memiliki fondasi industri kimia dan industri logam yang kokoh, lanjut dia, biasanya industrialisasi rapuh.

“Industri kimia dan industri logam ini adalah bahan baku yang dibutuhkan untuk industri apapun yang ada. Sebagai contoh, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki itu ada produk kimia apa aja, seperti shampoo, kemudian nanti ada buat minyak rambut, itu semua mengandung produk kimia, baik oleo kimia maupun petro kimia. Kemudian baju yang kita kenakan, kemudian cream wajah, hand cream, apapun semua dari yang kita pakai sampai sepatu itu pasti akan membutuhkan produk kimia sebagai bahan baku,” ungkap Amalia.

“Karena saat ini Indonesia belum memiliki industri kimia yang kokoh, 95 persen dari kimia kita di supply yang melalui impor. Oleh sebab itu, industri dasar kimia dan lokal menjadi sektor prioritas untuk kita mendorong industrialisasi ke depan,” kata dia.

Untuk hilirisasi, pihaknya disebut telah berkoordinasi dengan beberapa kementerian dalam rangka menentukan 15 sektor unggulan komoditas untuk dilakukan hilirisasi. Mulai dari nikel, tembaga, bauksit, timah, kelapa sawit, kelapa, rumput laut, minyak bumi, gas bumi, besi-baja, pasir silika, garam, ikan Tuna-Cakalang-Tongkol (TCT), udang, dan tilapia.

“Kami memprioritaskan tidaknya hilirisasi tambang. Kami juga akan melakukan hilirisasi untuk produk-produk yang berbasis perkebunan dan laut, seperti kelapa, kelapa sawit, rumput laut, pasir silika, itu nanti akan menjadi industri semi-konduktor untuk pasir silika," tambah dia.

"Tetapi yang ingin kami sampaikan juga bahwa kita punya potensi sumber daya lain yang layak dan berpotensi besar untuk hilirisasi, tetapi bisa menciptakan rantai nilai yang inklusif karena petani, nelayan, itu akan terangkat apabila kita lakukan hilirisasi, (yakni) rumput laut, garam, ikan tuna, kemudian udang dan ikan tilapia. 15 komoditas inilah yang akan kita dorong untuk hilirisasi dalam rangka industrialisasi untuk mewujudkan Indonesia bisa tumbuh tinggi dalam 5 tahun ke depan,” ujarnya.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.