Bapanas Gencarkan Gerakan Makan Telur Atasi Stunting
Ilustrasi-Telur merah.
Foto: Antara/PixabayJAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan kampanye Gerakan Makan Telur yang digencarkan oleh pemerintah dapat mengatasi stunting atau kondisi kurang gizi kronis pada anak sekaligus menyerap pasokan telur dari para peternak lokal.
Arief dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (14/10), mengatakan Gerakan Makan Telur yang bertujuan untuk pemenuhan gizi masyarakat dan menurunkan prevalensi stunting juga dapat berdampak positif bagi penguatan sektor perunggasan nasional dan daerah karena meningkatkan serapan dan konsumsi telur peternak layer lokal.
"Gerakan makan telur ini juga menjadi langkah yang baik untuk stabilisasi pasokan dan harga. Seperti kita ketahui Blitar merupakan produsen telur terbesar di Indonesia yang memasok 30 persen kebutuhan telur ayam nasional. Dengan rutin mengonsumsi telur terutama produksi para peternak lokal, kita turut berperan menjaga kesejahteraan peternak dan berpartisipasi dalam stabilitas tata kelola pangan nasional," kata Arief yang menghadiri acara Hari Telur Sedunia di Blitar, Jawa Timur.
Arief menjelaskan gerakan ini sejalan dengan arahan Presiden RI Joko Widodo yang sangat fokus dalam upaya pengentasan stunting. Pada tahun 2021 angka prevalensi stunting Indonesia masih sebesar 24,4 persen, sedangkan batas maksimal WHO terhadap stunting di suatu negara adalah 20 persen.
"Presiden memberikan arahan kepada kita semua agar di tahun 2024 angka prevalensi stunting Indonesia bisa di bawah 14 persen. Tentunya perlu kerja keras dan keterlibatan semua pihak baik pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat agar prevalensi stunting terus menurun seperti yang ditargetkan oleh Bapak Presiden," kata dia.
Arief menegaskan, pencegahan kerawanan pangan dan gizi, termasuk di dalamnya pencegahan stunting merupakan bagian dari tugas dan fungsi Badan Pangan Nasional sesuai amanat Perpres 66 Tahun 2021.
"Tugas ini berada di bawah Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi. Dalam pelaksanaannya NFA tidak bisa sendiri, untuk itu, kami terus memperkuat sinergi dengan Kementerian dan Lembaga terkait serta seluruh stakeholder. Khusus untuk pencegahan stunting ini kami telah menjalin kerja sama dengan BKKBN dan Kementerian Kesehatan," kata dia.
Dia menjelaskan bahwa kandungan nutrisi telur lengkap dari sisi makro maupun mikronutrien. Namun, konsumsi telur masyarakat Indonesia masih 7,5 kg per kapita per tahun. Jika dibandingkan negara lain, konsumsi telur per kapita Indonesia masuk urutan ke-15 dunia.
"Telur dengan segudang kandungan nutrisinya dapat menjadi asupan pangan tambahan yang efektif bagi Ibu hamil, Ibu menyusui, dan balita, agar anak-anak Indonesia terhindar dari stunting dan mengurangi potensi kerawanan pangan dan gizi di suatu wilayah," kata Arief.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Regulasi Baru, Australia Wajibkan Perusahaan Teknologi Bayar Media Atas Konten Berita
- 2 Ini yang Dilakukan Pemkot Jaksel untuk Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Jelang Natal
- 3 RI Harus Antisipasi Tren Penguatan Dollar dan Perubahan Kebijakan Perdagangan AS
- 4 Segera diajukan ke Presiden, Penyederhanaan Regulasi Pupuk Subsidi Masuk Tahap Final
- 5 Terapkan SDGs, Perusahaan Ini Konsisten Wujudkan Sustainability Action Plan
Berita Terkini
- Guna Menghindari Rob Tanggul Laut Amat Dinanti
- Badan PBB Terima Dana Rp1,9 Triliun untuk Atasi Pengungsi di Afrika
- Ini Empat Langkah untuk Cegah dan Tangani Kasus TPPO terhadap WNI
- Natal Membangun Persaudaraan
- Ini Francois Bayrou yang Dipilih Jadi PM Baru Sekaligus Akhiri Kebuntuan Politik di Prancis