Bank Rekap Banyak Boroskan Kredit ke Sektor Properti dan Barang Impor
Modal yang diterima dari keuangan negara bukannya untuk membiayai sektor produktif, melainkan habis digunakan untuk membiayai sektor konsumtif seperti properti yang sarat dengan aksi spekulan dan menimbulkan bubble ekonomi atau gelembung ekonomi.
Pembiayaan ke sektor properti tercatat sebesar 1.200 triliun rupiah. Selain ke properti, pembiayaan bank-bank rekap juga ditujukan untuk kredit konsumsi barang-barang impor yang nilainya sudah mencapai 2.300 triliun rupiah.
Anggota Satgas BLBI DPD RI, Abdul Hakim, saat diminta tanggapannya dari Jakarta, Rabu (20/4), mengatakan bank-bank penerima obligasi rekap tidak hanya merugikan keuangan negara karena memperoleh pembayaran bunga, namun juga sebagai jantung perekonomian, bank-bank keliru dalam mengalirkan likuiditas.
Kredit bank penerima lebih banyak menyasar sektor-sektor nonproduktif, terutama ke debitur-debitur konglomerat yang merupakan kroni dari kekuasaan.
Menurut Hakim, bank-bank yang sudah nyaris kolaps pada 1998-1999 lalu sebenarnya ditolong oleh akal-akalan akuntansi IMF. Sebab itu, seharusnya bank-bank yang sudah mendapat suntikan modal tersebut bekerja untuk rakyat.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya