Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sektor Jasa Keuangan I Kredit Macet Dipicu oleh Salah Pengelolaan Bank

Bank Jangan Berlindung di Balik Pandemi

Foto : ANTARA/ADENG BUSTOMI

PETANI HARUS DAPAT DUKUNGAN PERBANKAN I Pengunjung memetik melon Golden Alisa di Kampung Gunung Ranji, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, belum lama ini. Petani Milenial Tasikmalaya (Pelita) memanfaatkan lahan tidur untuk dijadikan wisata edukasi pertanian. Petani seperti Pelita inilah yang seharusnya mendapat pembiayaan dari perbankan, bukan membiayai barang impor yang konsumtif.

A   A   A   Pengaturan Font

"Kredit malah dimanfaatkan untuk membiayai impor pangan sebagai modal kerja, sedangkan pertanian dalam negeri diabaikan. Ini kesalahan manajemen yang diulang, karena "perkoncoan". Bubble properti sudah mencapai 1.000 triliun, ini yang mematikan," kata Badiul.

Bank, katanya, jangan lagi membohongi publik dengan menyatakan pandemi sebagai penyebab kredit macet, tapi pendanaan mereka terus ke konsumtif yaitu properti, kredit motor, dan mobil.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kerap disebut-sebut sebagai penerima kredit, padahal yang mereka sebutkan "bodong" semua.

Dalam praktik penyalurannya, setelah bank berdalih karena pandemi maka mereka pun meminta kelonggaran aturan agar kredit yang sudah macet atau kolektibilitas lima bisa dianggap kurang lancar atau kolektibilitasnya diturunkan ketiga (kurang lancar) atau empat (diragukan).

"Padahal, standar dalam praktik perbankan global, kalau kredit macet harus dicatat sebagai kerugian. Non Performing Loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah kita semu, kredit macet dianggap sebagai lancar kan hal ini tidak benar," kata Badiul.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top