Bank Dunia: Utang Publik Diprediksi Turun di Mayoritas Negara Pasifik
Kantor Pusat Bank Dunia di Washington DC, AS.
Foto: DANIEL SLIM/AFPWELLINGTON - Utang publik di sebagian besar negara Pasifik diperkirakan akan turun dalam 12 bulan ke depan, karena negara-negara bergerak ke arah pelepasan stimulus Covid-19 secara bertahap dan situasi fiskal membaik, menurut laporan Bank Dunia yang dirilis, Selasa (8/8).
"Sejalan dengan upaya konsolidasi fiskal, utang publik diproyeksikan menurun selama 2023-2024 di seluruh Pasifik (kecuali di Kepulauan Solomon dan Negara Federasi Mikronesia)," kata laporan Pembaruan Ekonomi Pasifik, Selasa (8/8).
Seperti dikutip dari Antara, utang telah melonjak di wilayah tersebut sejak 2019, karena ekonomi yang bergantung pada pariwisata terpukul oleh penutupan perbatasan Covid-19, perdagangan dirugikan oleh tantangan logistik, dan peristiwa cuaca yang menyebabkan kerusakan.
Negara-negara mengambil lebih banyak utang untuk mengimplementasikan paket dukungan dan stimulus. Hal ini terutama terlihat di negara-negara yang bergantung pada turis, seperti Fiji, Palau, dan Vanuatu.
Bank Dunia sebelumnya mengatakan enam negara Pasifik, yaitu Kiribati, Republik Kepulauan Marshall, Negara Federasi Mikronesia (FSM), Samoa, Tonga, dan Tuvalu - berisiko tinggi mengalami kesulitan utang.
Defisit Fiskal Melebar
Namun, laporan Selasa menambahkan ketika defisit fiskal melebar di Kepulauan Solomon dan FSM, pemerintah diperkirakan akan meningkatkan pinjaman untuk memenuhi kesenjangan pembiayaan - meningkatkan utang publik.
Laporan menyebutkan dalam hal hasil ekonomi, sebagian besar negara Pasifik, kecuali Palau, Samoa, dan Kepulauan Solomon - diproyeksikan mencapai tingkat produk domestik bruto prapandemi pada tahun 2024.
"Sebaliknya, beberapa negara dengan pendapatan izin penangkapan ikan merupakan penyumbang pendapatan yang dominan, seperti Kiribati dan Republik Kepulauan Marshall (RMI), melampaui tingkat prapandemi pada tahun 2021 karena sektor perikanan tidak terlalu terpengaruh oleh penutupan perbatasan," itu dicatat laporan dimaksud.
Laporan tersebut menambahkan risiko tetap ada termasuk ketidakpastian dalam pergerakan harga komoditas global dan ketegangan geopolitik berfungsi sebagai risiko penurunan pemulihan ekonomi Pasifik.
"Mengingat kerentanan kawasan terhadap bencana, perubahan iklim merupakan risiko utama yang terus-menerus terjadi," katanya.
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) mengatakan utang publik dan swasta global mengalami penurunan terbesar dalam 70 tahun pada 2021 setelah mencapai rekor tertinggi karena dampak Covid-19, tetapi secara keseluruhan tetap jauh di atas tingkat prapandemi.
Dalam sebuah blog yang dirilis bersama Global Debt Monitor perdananya, IMF mengatakan total utang publik dan swasta turun 10 poin persentase menjadi 247 persen Produk Domestik Bruto (PDB) global pada 2021 dari puncaknya 257 persen pada 2020. Bandingkan dengan sekitar 195 persen dari PDB pada 2007, sebelum krisis keuangan global.
Berita Trending
- 1 Respons CEO OpenAI tentang Model AI Tiongkok DeepSeek-R1: 'Mengesankan'
- 2 Setelah Trump Ancam Akan Kenakan Tarif Impor, Akhirnya Kolombia Bersedia Terima Deportasi dari AS
- 3 Thailand Ingin Kereta Cepat ke Tiongkok Beroperasi pada 2030
- 4 Incar Kemenangan Penting, MU Butuh Konsistensi
- 5 Diprediksi Berkinerja Mocer 2025, IHSG Sepanjang Tahun Ini Menguat 1,22 Persen
Berita Terkini
- Polresta Bukittinggi giatkan pengawasan objek wisata selama liburan
- DPRD bentuk pansus guna percepat revisi perda akomodasi sekolah gratis
- Keraton Ngayogyakarta Gelar Labuhan di Pantai Parangkusumo
- Pemkot Jaksel keruk Kali Baru Barat untuk mitigasi banjir
- 150 Ribu Wisatawan Kunjungi Ragunan selama Liburan Isra Mikraj-Imlek