Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 12 Jan 2023, 00:00 WIB

Bank Dunia Prediksi Pertumbuhan Melambat Tajam Menjadi 1,7 Persen

Logo Bank Dunia

Foto: ISTIMEWA

WASHINGTON - Pertumbuhan global akan melambat tajam menjadi 1,7 persen pada 2023, laju ekspansi terlemah ketiga dalam hampir tiga dekade dan 1,3 poin persentase lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Bank Dunia mengatakan, Selasa (10/1), karena pengetatan kebijakan moneter untuk mengatasi inflasi dan perang Russia di Ukraina meredam prospek.

Dengan Amerika Serikat, kawasan euro, dan Tiongkok semuanya mengalami "periode kelemahan yang nyata", lembaga yang berbasis di Washington itu juga mengatakan guncangan negatif lebih lanjut, termasuk inflasi yang lebih tinggi, kenaikan suku bunga yang tiba-tiba untuk menahannya, dan kebangkitan kembali pandemi Covid-19, bisa mendorong ekonomi global ke dalam resesi.

"Pertumbuhan global telah melambat sejauh ekonomi global hampir jatuh ke dalam resesi -yang didefinisikan sebagai kontraksi dalam pendapatan per kapita global tahunan -hanya tiga tahun setelah keluar dari resesi yang disebabkan pandemi pada 2020," kata laporan setengah tahunan Prospek Ekonomi Global bank.

Pertumbuhan global diperkirakan akan pulih menjadi 2,7 persen pada 2024, turun 0,3 poin dari proyeksi Juni.

Penurunan tajam dalam pertumbuhan kemungkinan akan meluas, dengan proyeksi pertumbuhan diturunkan untuk hampir semua negara maju dan sekitar dua pertiga dari emerging markets dan ekonomi berkembang pada 2023, dan sekitar setengah dari semua negara pada 2024.

Pertumbuhan di Amerika Serikat diperkirakan melambat menjadi 0,5 persen tahun ini, 1,9 poin di bawah proyeksi sebelumnya, karena ekonomi terbesar di dunia itu mengalami pengetatan kebijakan moneter paling cepat dalam lebih dari 40 tahun untuk meredam kenaikan harga makanan dan energi.

Dengan inflasi yang diperkirakan akan moderat tahun ini karena pasar tenaga kerja melemah dan tekanan upah menurun, ekonomi AS kemungkinan akan tumbuh 1,6 persen tahun depan, direvisi turun sebesar 0,4 poin.

Di Tiongkok, aktivitas ekonomi memburuk pada 2022, dengan konsumsi dibatasi oleh pembatasan di bawah kebijakan "nol-Covid" dan kekeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pertumbuhan diperkirakan akan meningkat menjadi 4,3 persen tahun ini karena pencabutan pembatasan pandemi melepaskan pengeluaran yang terpendam, turun 0,9 poin dari perkiraan Juni.

Untuk Jepang, pertumbuhan diantisipasi melambat menjadi 1,0 persen tahun ini, penurunan 0,3 poin dari Juni, setelah pertumbuhan 1,2 persen pada 2022, kata Bank Dunia, mencatat bahwa laju lamban akan terlihat "bersamaan dengan perlambatan ekonomi maju lainnya".

Negara Asia yang miskin sumber daya itu menghadapi tantangan karena harga energi yang tinggi mengikis daya beli rumah tangga dan mengurangi konsumsi, tambahnya. Produk domestik bruto riil Jepang diperkirakan akan tumbuh 0,7 persen pada 2024, 0,1 poin lebih tinggi dari yang diperkirakan pada Juni.

Kawasan euro akan melihat pertumbuhan nol persen tahun ini, direvisi turun 1,9 poin, karena gangguan pasokan energi yang sedang berlangsung terkait dengan invasi Russia ke Ukraina dan prospek pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut. Kawasan ini akan tumbuh 1,6 persen tahun depan.

Tidak Sampai Resesi

Peneliti Ekonomi Core, Yusuf Rendi Manilet mengatakan, memandang ekonomi dunia tahun 2023, meskipun diprediksi tumbuh lebih lambat, CORE Indonesia sebenarnya masih melihat peluang untuk tidak serta-merta jatuh ke jurang resesi.

Ekonomi negara-negara barat seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa mungkin menjadi rentan akibat lonjakan inflasi dan pengetatan moneter. Namun Tiongkok yang menjadi mitra dagang terbesar banyak negara termasuk Indonesia menunjukkan indikasi perbaikan, sejalan dengan semakin terkendalinya penyebaran COVID-19.

Inflasi global memang masih berpotensi meningkat, namun kami memperkirakan tekanannya cenderung lebih rendah dibanding tahun ini.

"Kami CORE Indonesia, memprediksi ekonomi nasional di tahun 2023 mampu tumbuh 4,5 hingga 5,0 persen. Konsumsi rumah tangga diprediksi tetap kuat dan melampaui tingkat konsumsi pra-pandemi, meskipun pertumbuhannya melambat marginal akibat tekanan global,"ucapnya.

Redaktur: Redaktur Pelaksana

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.