![Bangun Toleransi melalui Bersih-bersih Tempat Ibadah](https://koran-jakarta.com/images/article/phpxfxcv7_resized.jpg)
Bangun Toleransi melalui Bersih-bersih Tempat Ibadah
![Bangun Toleransi melalui Bersih-bersih Tempat Ibadah](https://koran-jakarta.com/images/article/phpxfxcv7_resized.jpg)
Sejak sekolah, pengelompokkan berdasarkan agama telah dirasakannya. Seperti ketika di sekolah, dia kerap diajak bergaul dengan agama tertentu saja.
Bahkan saat duduk dibangku sekolah dasar, dia bersekolah di sekolah Kristen, karena lebih banyak tinggal di keluarga ayahnya yang kebanyakan beragama Kristen. "Sorenya, saya dijemput mama untuk mengaji di madrasah, itu pengalaman yang lucu," ujar dia.
Meilani telah merasakan multikutural sejak kanakkanak. Keluarga besar dari ayahnya menganut agama yang berbeda-beda, mulai Kristen, Katolik, Budha maupun Islam. Sampai saat ini, Meilani masih merayakan imlek sesuai kebiasaan kakek nenek dari keluarga ayahnya yang merayakan peringatan hari besar tersebut. Kerapkali, perbedaan agama dirasakan menjadi bukan persoalan sederhana termasuk di lingkungan keluarga.
"Aku minoritas, tapi lingkungan keluarga nggak sepenuhnya mendukung. Mereka saling membela agamanya masing-masing," ujar dia. Sehingga, Meilani merasakan kurangnya rasa saling menghargai karena adanya perbedaan agama. Umamah Nisaul Janna, 24, Koordinator BBQ (Bersih- Bersih Quy) tidak memiliki pengalaman seperti Meilani.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya