Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

ASEAN-Tiongkok Perkuat Kerjasama Cegah Penyakit Zoonotik lewat One Health

Foto : Kemkes.go.id

Pertemuan ke-15 Menteri Kesehatan se-ASEAN di Nusa Dua, Bali, Sabtu (14/5).

A   A   A   Pengaturan Font

BALI - Menteri Kesehatan se-ASEAN memperkuat hubungan kerja sama dengan Tiongkok dalam upaya pencegahan penyakit menular dari hewan ke manusia (zoonotik) lewat pendekatanOne Health.

"Indonesia menegaskan komitmen kami untuk mempromosikan pendekatanOne Healthdalam kerja sama ASEAN dan Tiongkok di bidang kesehatan," kata Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat memimpin Pertemuan ke-8 Menteri Kesehatan se-ASEAN dengan delegasi khusus Tiongkok di Nusa Dua, Bali, Minggu (15/5).

Budi yang juga menjabat sebagai Ketua Menteri Kesehatan se-ASEAN mengatakan Pertemuan ke-15 Menteri Kesehatan se-ASEAN (the 15th ASEAN Health Ministers Meeting/AHMM) di Nusa Dua Bali menandai upaya berkelanjutan ASEAN-Tiongkok untuk mengembangkan kolaborasi, menetapkan rekomendasi dalam pernyataan bersama untuk memperkuat pendekatanOne Healthmelalui berbagi pengalaman dan pembelajaran.

One Healthmerupakan upaya pendekatan kolaborasi antarnegara untuk mencapai kesehatan optimal bagi manusia, hewan dan lingkungan.

Budi mengatakan manusia, hewan, dan lingkungan memiliki hubungan yang tak terpisahkan. Sayangnya, manusia menempatkan kepentingan mereka di atas makhluk hidup lainnya dan mengeksploitasi.

Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan ekologi yang tak terhitung banyaknya yang menyebabkan munculnya penyakit zoonotik yang mengancam kehidupan manusia.

Selama 19 tahun, kata Budi, ASEAN dan Tiongkok menghadapi beberapa wabah yang disebabkan oleh penyakit zoonotik, seperti Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) dan flu burung (H5N1) pada 2003, serta SARS-CoV-2 pada 2019.

"Daftarnya tidak akan berhenti di situ. Akan ada wabah berikutnya yang berpotensi menyebabkan pandemi," katanya.

Budi mengusulkan sejumlah upaya intervensi, di antaranya memperkuat kapasitas dan kapabilitas hingga ke daerah dengan mengoptimalkan platform berbagi informasi yang ada di ASEAN, seperti Jaringan Pusat Operasi Darurat ASEAN, dikombinasikan dengan komitmen untuk berbagi data secara terbuka melalui GISAID Platform.

"Optimalisasi harus melibatkan data besar, kecerdasan buatan, dan internet untuk memungkinkan pengawasan global terintegrasi secarareal timeterhadap penyakit manusia, hewan, dan tumbuhan," katanya.

Selain itu, Budi mendorong ASEAN-Tiongkok untuk mengembangkan pusat dan jaringan penelitian regional. "Saya percaya pada kekuatan investasi, dan investasi dalam penelitian dan pengembangan akan menghasilkan pengembalian terbesar bagi kemampuan kawasan di masa depan untuk merespons pandemi," ujarnya.

Seperti yang telah dipelajari selama pandemi Covid-19, kata Budi, data genom global yang dipelajari oleh para peneliti telah memungkinkan penemuan dan pengembangan vaksin yang cepat serta menyelamatkan nyawa manusia.

Budi mengatakan pendekatanOne Healthjuga perlu didukung kemampuan manufaktur lokal untuk tindakan pencegahan medis di negara-negara anggota ASEAN dengan memanfaatkan keahlian dan pengetahuan Tiongkok.

"Mengambil pelajaran dari pandemi, kita dapat dengan cepat merespons melalui kerja samabusiness-to-businessdan multilateral maupun regional. Dengan memiliki manufaktur lokal, masing-masing negara anggota ASEAN akan memiliki kapasitas dan kapabilitas yang lebih kuat ketika pandemi lain melanda," katanya.

Hal terpenting, kata Budi, adalah tindakan mengamankan pasokan vaksin, terapi, dan alat diagnostik yang memadai.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top