AS Perintahkan Diplomat Tinggalkan Myanmar
Ungsikan Diplomat l Seorang warga Myanmar sedang unjuk rasa menentang kudeta militer di luar kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Yangon pada 21 Februari lalu. Pada Selasa (30/3), Kementerian Luar Negeri AS memerintahkan para diplomatnya untuk keluar dari Myanmar setelah memperkirakan situasi keamanan akan semakin gawat dan aksi protes akan berlarut-larut.
Menanggapi situasi keamanan yang kian rawan, AS telah memerintahkan para diplomatnya keluar dari Myanmar dan memprediksi aksi protes menentang kekuasaan junta akan terus berlanjut.
WASHINGTON DC - Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) pada Selasa (30/3) memerintahkan agar para diplomatnya yang tidak memiliki tugas terlalu penting untuk meninggalkan Myanmar. Perintah itu dikeluarkan di tengah terjadinya penumpasan pengunjuk rasa antikudeta yang telah menewaskan ratusan orang sejak terjadinya penggulingan kekuasaan sipil oleh militer pada 1 Februari lalu.
"Militer Birma telah menahan dan menggulingkan pejabat pemerintah terpilih. Protes dan demonstrasi menentang kekuasaan junta telah terjadi dan diperkirakan akan terus berlanjut," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri AS yang masih menggunakan nama lama dari Myanmar yaitu Birma.
Sebelumnya pada pertengahan Februari lalu, Kementerian Luar Negeri AS telah meminta agar pegawai pemerintah AS yang tidak memiliki tugas terlalu penting beserta keluarganya untuk secara sukarela meninggalkan Myanmar, namun kini pernyataannya telah diperbarui dengan memerintahkan warga agar segera keluar dari Myanmar.
"Kementerian Luar Negeri membuat keputusan yang isinya memerintahkan personel pemerintah AS berikut keluarga mereka serta warga negara AS, untuk keluar dari Birma demi keselamatan dan keamanan. Perintah ini adalah prioritas tertinggi kementerian," kata seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS seraya menegaskan bahwa perintah ini akan ditinjau ulang dalam 30 hari mendatang.
Sementara itu dari Tokyo dilaporkan bahwa Kementerian Luar Negeri Jepang telah mengumumkan bahwa negaranya sudah menghentikan bantuan ekonomi terhadap Myanmar sebagai tanggapan dari terjadinya kudeta.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya