Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

AS Laporkan Kasus Flu Burung Kedua pada Manusia dari Sapi Perah

Foto : Istimewa

Ilustrasi

A   A   A   Pengaturan Font

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melaporkan, seseorang di Texas menjadi orang kedua di AS yang terkonfirmasi positif mengidap flu burung H5N1 dari sapi perah. Satu-satunya gejala yang dialami orang tersebut adalah kemerahan pada mata yang biasanya disebabkan oleh konjungtivitis, infeksi mata yang juga disebut mata merah muda, dan saat ini sedang dalam masa pemulihan.

CDC menambahkan, saat ini mereka tengah dirawat dengan obat antivirus untuk mencegah influenza parah dan telah disarankan untuk diisolasi. Meskipun ada kasus baru flu burung pada manusia, CDC mengatakan bahwa risiko penularannya tetap rendah. Satu-satunya kasus lain yang dikonfirmasi di negara ini terjadi di Colorado pada tahun 2022, ketika seorang pekerja unggas dites positif mengidap flu burung.

"Masih sangat jarang orang tertular virus ini," kata Richard Webby, PhD, Direktur Pusat Kolaborasi Organisasi Kesehatan Dunia untuk Studi Ekologi Influenza pada Hewan dan Burung, dikutip dari Everyday Health, Selasa (3/4).

Webby juga merupakan anggota dari departemen interaksi inang-mikroba di Rumah Sakit Penelitian Anak-Anak St Jude di Memphis, Tennessee.

Webby menjelaskan, kedua kasus flu burung pada manusia di Amerika Serikat melibatkan individu-individu yang memiliki kontak yang sangat dekat dengan hewan yang terinfeksi melalui pekerjaan mereka. Menurut dia, pada dasarnya tidak ada risiko flu burung menyebar luas pada manusia

"Saat ini, sebagian besar orang pada dasarnya tidak memiliki risiko dari virus ini dalam bentuknya yang sekarang. Namun, masyarakat perlu menyadari bahwa virus ini ada pada satwa liar, dan sedikit berhati-hati di sekitar hewan yang terlihat sakit," ucapnya.

CDC menuturkan, flu burung H5N1 tersebar luas di antara burung-burung liar di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Virus ini telah menyebabkan wabah di peternakan unggas komersial dan di antara kawanan unggas yang lebih kecil di halaman belakang rumah, serta infeksi sesekali di antara berbagai hewan termasuk rubah, sigung, beruang, harimau, dan macan tutul.

Lebih lanjut, kata CDC, mereka telah memantau orang-orang yang terpapar flu burung sejak wabah pertama kali terdeteksi di Amerika Serikat di antara burung liar dan unggas pada tahun 2021. Pada manusia, kasus flu burung telah menyebabkan gejala ringan seperti infeksi mata dan masalah pernapasan, hingga penyakit yang lebih parah seperti pneumonia. Di luar Amerika Serikat, beberapa infeksi pada manusia berakibat fatal.

Fakta bahwa CDC telah mengidentifikasi kasus kedua flu burung pada manusia berarti upaya pengawasan ini berhasil, menurut William Schaffner, MD, seorang profesor kedokteran pencegahan dan penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Tennessee.

"Kami mencari lebih keras dan karena itu menemukan lebih banyak. Pengawasan terhadap varian-varian influenza saat ini lebih intens dan lebih canggih daripada 10 tahun yang lalu, sehingga infeksi yang tidak biasa ini dapat terdeteksi dengan lebih baik," tutur Schaffner.

Schaffer mengatakan, meski begitu, infeksi flu burung seharusnya tetap jarang terjadi karena virus ini tidak memiliki kemampuan untuk menyebar dengan mudah dari orang ke orang.

"Pengawasan intensif yang dilakukan saat ini mungkin akan mendeteksi beberapa kasus lagi, namun akan jarang terjadi. Untungnya, tes diagnostik dan obat antivirus yang kami miliki saat ini tetap efektif dalam mendiagnosis dan mengobati infeksi flu burung yang tidak biasa ini," imbuhnya.

Ada dua obat yang bekerja untuk flu musiman dan juga efektif untuk flu burung, yaitu baloxavir (Xofluza) dan oseltamivir (Tamiflu). Untuk memperkecil risiko flu burung, CDC merekomendasikan agar orang menghindari paparan terhadap hewan yang sakit atau mati, serta susu mentah, kotoran, atau bahan lain yang terkontaminasi oleh unggas atau hewan.

Selain itu, orang tidak boleh menyiapkan atau makan produk hewan yang tidak dimasak atau setengah matang atau mengkonsumsi susu atau keju yang tidak dipasteurisasi dari hewan yang dicurigai terinfeksi flu burung. Namun, tidak ada masalah dengan susu yang tersedia secara komersial karena telah dipasteurisasi, kata CDC dalam pernyataannya.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top