AS Akan Jual Pesawat Peringatan Dini ke Korsel
Pesawat peringatan dini E-7 Wedgetails
Foto: istimewaWASHINGTON DC - Amerika Serikat (AS) telah menyetujui potensi penjualan sistem peringatan dini dan kontrol udara kepada sekutunya, Korea Selatan (Korsel), bagian dari paket militer senilai hampir 5 miliar dollar AS.
Kementerian Luar Negeri AS mengatakan pada Senin (4/11) bahwa mereka telah menyetujui penjualan empat pesawat Peringatan Dini & Kontrol Udara (AEW&C) E-7, 10 mesin jet, dan sistem serta elemen pendukung lainnya dengan perkiraan biaya 4,92 miliar dollar AS.
Pesawat peringatan dini dan kontrol yang dikenal dengan sebutan Wedgetails itu akan memungkinkan Korsel untuk mendeteksi misil dan ancaman lainnya dengan lebih cepat dan dari jarak yang lebih jauh daripada sistem radar berbasis darat.
“Penjualan yang diusulkan ini akan meningkatkan kemampuan Korsel untuk menghadapi ancaman saat ini dan di masa mendatang dengan menyediakan peningkatan kemampuan intelijen, pengawasan, dan pengintaian, serta peringatan dini dan kontrol udara,” kata Kementerian Luar Negeri AS.
“Ini juga akan meningkatkan interoperabilitas komando, kontrol, komunikasi, komputer, intelijen, pengawasan, dan pengintaian Angkatan Udara Korsel dengan AS,” imbuhnya.
Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korsel belum mengomentari pernyataan AS ini, tetapi sumber di lembaga tersebut mengatakan bahwa Boeing yang berbasis di AS adalah salah satu dari beberapa perusahaan yang dipertimbangkan untuk proyek pesawat peringatan dini udaranya.
Misil Korut
Pengumuman AS itu muncul setelah militer Seoul mengatakan Korea Utara (Korut) menembakkan serangkaian misil balistik jarak pendek ke arah Laut Timur pada Selasa (5/11) pagi. Aksi Korut ini dilakukan hanya beberapa jam sebelum pilpres AS dimulai.
Kepala Staf Gabungan Korsel (JCS) mengatakan bahwa pihaknya mendeteksi peluncuran misil tersebut sekitar pukul 07.30 pagi dari wilayah Sariwon di Provinsi Hwanghae Utara. JCS kemudian menyatakan bahwa misil balistik yang diluncurkan diperkirakan sebagai roket kaliber besar 600 mm, KN-25, yang terbang sejauh 400 kilometer.
Ditambahkan pula, peluncuran misil tersebut dilakukan sebagai bentuk protes terhadap latihan militer gabungan antara Korsel, AS, dan Jepang, yang dilaksanakan dengan mengerahkan pesawat pembom strategis B-1B.
Selain itu, peluncuran misil tersebut ditafsirkan untuk memperkeruh krisis di Semenanjung Korea melalui berbagai provokasi beruntun dan untuk mengalihkan isu terkait pengiriman pasukan Korut ke Russia.
Korut juga diperkirakan masih akan melakukan berbagai provokasi tambahan dan uji coba nuklir ke-7 sesuai keputusan Kim Jong-un.
JCS juga memberikan peringatan Korut bahwa peluncuran misil balistik jarak pendek melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, dan seluruh tanggung jawab terkait provokasi tersebut berada di tangan Pyongyang. AFP/KBS/I-1
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- Sensasi “Menyengat” di Pemandian Air Panas Soka
- Wisata Taman Laut 17 Pulau Destinasi Alternatif Pulau Komodo
- Gerak Cepat, Gulkarmat Kerahkan 75 Personel Padamkan Rumah yang Terbakar di Kampung Bahari
- Beijing Kecam Tindakan Pemerintah AS yang Batasi Visa Pejabat Hong Kong
- Mengagetkan Cawagub DKI Suswono Tidak Bisa Mencoblos di Pilkada Jakarta, Ternyata Ini Penyebabnya