Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Senjata Nuklir I Tiongkok Telah Modernisasi Program Nuklirnya sejak 2020

AS: Ada Peluang Terbatas Berunding dengan Tiongkok

Foto : AFP/JAM STA ROSA

Penempatan Misil AS l ­Sejumlah tentara berkumpul di sebelah sebuah sistem misil permukaan-ke-udara Patriot saat digelar latihan milter gabungan Balikatan di San Antonio, Zambales, Filipina, pada April tahun lalu. Tiongkok mengecam keras pengerahan sistem misil AS ini di Filipina saat latihan militer gabungan tersebut dengan mengatakan hal itu membawa risiko perang besar ke wilayah tersebut.

A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Amerika Serikat (AS) mendesak Tiongkok untuk mengakhiri penolakan yang telah berlangsung lama terhadap perundingan senjata nuklir, setelah melihat adanya peluang terbatas untuk perbincangan dua arah awal mengenai pendekatan negara adidaya tersebut terhadap isu tersebut, kata seorang pejabat senior pemerintahan Biden.

Dorongan baru AS untuk perundingan nuklir muncul saat Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, bertemu dengan pejabat tinggi Tiongkok di Beijing, untuk mencoba dan menyelesaikan perbedaan besar pada berbagai masalah.

"Kami melihat beberapa peluang terbatas untuk membuka, setidaknya permulaan pembicaraan tentang subjek tersebut dalam beberapa bulan terakhir, tetapi ini berjalan tidak menentu, dan saya kira ini akan terus berjalan tidak menentu," kata pejabat tersebut, yang meminta identitasnya dirahasiakan karena masalah ini sensitif.

"Mereka telah memberikan sinyal akan kesediaan untuk mulai mengutak-atik batasan pengendalian senjata, tetapi mereka tidak terlalu condong ke depan untuk menindaklanjutinya," kata pejabat itu.

Penilaian pemerintahan Biden terhadap kemungkinan dan ruang lingkup perundingan semacam itu belum pernah dilaporkan sebelumnya. Subjek tersebut bahkan tidak dibahas dalam ringkasan pertemuan Sullivan yang dirilis Gedung Putih. Pihak Kementerian Pertahanan Tiongkok bahkan tidak segera menanggapi atas pemberitaan ini.

Mengacu pada ketegangan atas Laut Tiongkok Selatan (LTS) yang disengketakan antara Tiongkok dan sekutu perjanjian AS, Filipina, pejabat itu mengatakan keputusan mengenai penempatan misil jangka panjang ke Manila akan bergantung sebagian pada tindakan Tiongkok. Namun, strategi nuklir tetap menjadi titik kritis.

Kedua negara sempat melanjutkan perundingan tingkat resmi mengenai senjata nuklir pada bulan November, tetapi perundingan tersebut terhenti, dengan seorang pejabat tinggi AS secara terbuka menyatakan rasa frustrasi mengenai tanggapan Tiongkok.

Negosiasi pengendalian senjata nuklir formal belum diharapkan akan segera terjadi, meskipun AS mengkhawatirkan perkembangan cepat senjata nuklir Tiongkok.

Kementerian Pertahanan AS tahun lalu memperkirakan bahwa Beijing memiliki 500 hulu ledak nuklir operasional dan mungkin akan memiliki lebih dari 1.000 pada tahun 2030. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan dengan 1.770 dan 1.710 hulu ledak operasional yang dikerahkan oleh AS dan Russia.

Pentagon mengatakan bahwa pada tahun 2030, sebagian besar senjata Beijing kemungkinan akan berada pada tingkat kesiapan yang lebih tinggi. Apalagi sejak 2020, Tiongkok telah memodernisasi program nuklirnya mulai dari produksi kapal selam misil balistik generasi berikutnya, menguji hulu ledak kendaraan luncur hipersonik, dan mengadakan patroli laut bersenjata nuklir secara berkala.

Perbarui Panduan

Hingga saat ini Tiongkok memang belum secara resmi merinci persenjataannya tetapi secara resmi mempertahankan kebijakan tidak menggunakan senjata pertama dan mempertahankan pencegahan nuklir modern yang minimal. Para pejabat tahun ini pun mendesak negara-negara lain untuk mengambil sikap yang sama.

Sementara itu pada tahun ini, pemerintahan Biden telah memperbarui panduan nuklir rahasia dan seorang juru bicara Gedung Putih sebelumnya mengatakan pembaruan tersebut bukan respons terhadap entitas, negara, atau ancaman tertentu, meskipun ada kekhawatiran yang sering diungkapkan tentang persenjataan nuklir Tiongkok, Korea Utara, dan Russia.

"Kami akan terus memfokuskan upaya kami untuk mengurangi risiko nuklir dengan meningkatkan pencegahan dan preferensi kami untuk menyelesaikan perbedaan melalui diplomasi pengendalian senjata," kata juru bicara Gedung Putih, Sean Savett.

Topik senjata nuklir sendiri merupakan salah satu area di mana Washington DC ingin meredam potensi konflik dengan Beijing, di antara topik yang dibahas dalam agenda selama tiga hari pertemuan yang diadakan Sullivan dan pejabat AS lainnya di Tiongkok.

Ketika ditanya tentang kemungkinan penempatan misil jangka panjang di Filipina untuk membantu pertahanan mereka, pejabat AS tersebut berkata, "dengan Filipina, kami memiliki kemampuan sebagai bagian dari latihan," mengacu pada latihan militer gabungan.

"Saya rasa saat ini, kami belum punya rencana untuk melangkah lebih jauh dari itu, tetapi saya katakan saat ini, karena jelas keputusan kami tentang pengerahan kemampuan didasarkan pada konteks dan tindakan yang kami lihat dari (Republik Rakyat Tiongkok)."

Para pejabat Tiongkok sendiri mengecam keras pengerahan sistem misil jarak menengah AS di Filipina utara selama latihan pada April lalu, dengan mengatakan bahwa hal itu membawa risiko perang besar ke wilayah tersebut. ST/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top