Apa Tujuan Pembangunan Ziggurat?
Ziggurat.
Foto: Asaad NIAZI/AFPSeperti halnya piramida di Mesir, ziggurat dibangun menjulang tinggi oleh berbagai kelompok budaya di pusat kota Mesopotamia selama dua milenium. Namun, apa tujuan banunan ini didirikan?
Wilayah Mesopotamia kuno adalah rumah bagi berbagai suku bangsa dengan asal usul, budaya, dan bahasa yang berbeda. Yang unik selama dua milenium, bangsa Sumeria, Babilonia, Asiria, dan Elam membangun bangunan menjulang tinggi yang dikenal sebagai ziggurat di pusat kota mereka.
Namun apa tujuan dibangunnya ziggurat di Mesopotamia sehingga penting bagi banyak budaya?
Ziggurat sendiri adalah rumah para dewa tetapi juga titik fokus kehidupan politik, sosial, dan ekonomi. Kata ziggurat modern berasal dari kata Akkadia kuno ziggarratu yang berarti menara kuil. Kata tersebut sekarang merujuk pada seluruh kompleks kuil. Meskipun istilahnya berasal dari bahasa Akkadia, ziggurat pertama kali dikembangkan oleh bangsa Sumeria pada milenium ketiga SM.
Ziggurat lebih dari sekadar bangunan bagi bangsa Mesopotamia karena ziggurat merupakan simbol kepercayaan agama mereka yang sangat kuat. Para sarjana modern percaya bahwa ziggurat melambangkan gunung dan puncak tempat tinggal para dewa berada. Bangunan ini biasanya didedikasikan untuk dewa pelindung kota.
Orang-orang Mesopotamia menamai ziggurat mereka dan melalui nama-nama itulah para sarjana modern menentukan simbolisme ini. Misalnya, ziggurat Dewa Enlil di Kota Nippur dikenal sebagai “Rumah Gunung”, “Gunung Badai”, dan “Ikatan antara Langit dan Bumi”.
“Untuk memahami mengapa ziggurat bertahan lintas waktu dan budaya, penting untuk memahami tujuannya,” tulis Jared Krebsbach, seorang doktor sejarah yang khusus mempelajari sejarah ziggurat Mesopotamia pada laman The Collector.
Bagi kota-kota yang memiliki ziggurat, bangunan tersebut berfungsi sebagai titik fokus aktivitas kota. Ziggurat terutama berfungsi sebagai tempat tinggal para dewa dan biasanya didedikasikan untuk dewa kota dan berfungsi sebagai pusat pemujaan mereka.
Sebagian besar ziggurat terletak di pusat kota dan juga berada di pusat kompleks kuil yang jauh lebih besar. Di pusat ziggurat itu sendiri biasanya terdapat patung pemujaan dewa. Patung pemujaan tersebut merupakan gambaran fisik dewa, yang diyakini sebagai avatar duniawi mereka.
Misalnya, Dewa Marduk dikaitkan dengan Kota Babilonia. Ketika para pendeta Marduk mengembangkan ritual, mereka juga membangun kompleks kuil dan ziggurat, menjadikan Babilonia sebagai pusat pemujaan Marduk. Masyarakat umum hanya diizinkan masuk ke kompleks kuil bagian luar. Hanya para pendeta tinggi yang dapat mengunjungi bagian paling atas bangunan tersebut. Hal ini karena selain berfungsi sebagai titik fokus pemujaan tertentu, ziggurat merupakan pusat aktivitas non-religius, meskipun di Timur Dekat kuno, agama merasuki segalanya.
Para pendeta di Timur Dekat kuno merupakan anggota masyarakat yang paling terdidik. Mereka juga bekerja sebagai dokter, ilmuwan, sejarawan, dan juru tulis. Jadi kompleks kuil Mesopotamia ini berfungsi sebagai sekolah juru tulis dan observatorium astronomi.
Ziggurat juga memiliki tujuan politik. Raja-raja baru seringkali memulai proyek pembangunan yang ambisius untuk melegitimasi kekuasaan mereka, terutama jika mereka adalah raja pertama dari dinasti baru. Selain mencetak kemenangan propaganda, pembangunan ziggurat baru dapat menciptakan kohesi sosial.
Pekerja ziggurat baik yang terampil maupun tidak terampil, direkrut dari penduduk dalam sistem kerja rodi. Meskipun para pekerja tidak punya banyak pilihan dalam hal ini, mereka dan keluarga mereka diberi kompensasi. Sebagian besar orang pada saat itu akan memuja dewa yang menjadi tujuan pembangunan ziggurat, dan para pekerja akan sangat bangga melihat hasil akhir mereka.
Aktivitas konstruksi juga akan menjadi berkah ekonomi bagi kota tersebut, karena ribuan pekerja dibutuhkan. Akhirnya, jika seorang raja baru mewarisi ketidakstabilan politik, membangun ziggurat akan menjadi metode yang baik untuk mengalihkan pikiran rakyat dari masalah mereka.
Tugas Monumental
Meskipun tidak ada manual konstruksi ziggurat yang masih ada, para arkeolog modern cukup yakin bahwa mereka dapat merekonstruksi metode yang digunakan. Tidak seperti piramida Mesir yang terbuat dari batu, Ziggurat terbuat dari tanah liat dan bata lumpur, yang menyebabkan kehancurannya akibat unsur-unsur alam selama berabad-abad.
Alasan orang Mesopotamia menggunakan bahan yang kurang tahan lama untuk membangun ziggurat hanyalah karena kurangnya batu di wilayah tersebut. Meskipun orang Mesopotamia mempertahankan rute perdagangan jarak jauh dengan orang-orang yang memiliki sumber batu yang melimpah, teknik membangun ziggurat telah ditetapkan.
Orang Mesopotamia tidak memiliki alasan untuk beralih ke batu karena tanah liat dan bata lumpur sesuai dengan tujuan mereka. Selain itu, membangun dengan batu jauh lebih padat karya, membutuhkan lebih banyak pekerja manual dan pekerja terampil.
Meskipun membangun ziggurat rata-rata tidak terlalu padat karya dibandingkan membangun piramida, tetap saja itu merupakan tugas yang monumental. Ribuan pekerja akan direkrut untuk mengerjakan satu ziggurat, dan setiap proyek akan memakan waktu beberapa tahun untuk diselesaikan. Di antara para pekerja itu terdapat insinyur terampil dan pekerja tidak terampil yang membawa dan mengangkat batu bata.
Ziggurat adalah bangunan kokoh yang memiliki inti bagian dalam dan setidaknya satu lapisan batu bata bagian luar. Inti bagian dalam dijemur, sedangkan batu bata di inti bagian luar dipanggang. Proses pemanggangannya saja akan membutuhkan banyak waktu dan bahan bakar. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Bos Stellantis Carlos Tavares Tiba-tiba Mengundurkan Diri
- 2 KPK Perkuat Kerja Sama Pemberantasan Korupsi dalam Forum ASEAN-PAC di Bali
- 3 Sustainability Report Pertamina NRE Raih Penghargaan Gold Rating di Ajang ASRRAT 2024
- 4 Banggar DPR: Kenaikan PPN 12 Persen Tunggu Keputusan Presiden
- 5 Inflasi November Naik, Bawang Merah dan Tomat Pemicunya