Antisipasi Perang di Ruang-ruang Digital secara Hibrida
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Andi Widjajanto
Namun, retaliasi ekonomi tersebut bisa menyasar kepada bidang lainnya, menyasar ke retaliasi hibrida, kemudian berujung ruang siber. Kekhawatiran selanjutnya akan menyerang infrastruktur siber yang dibangun Amerika Serikat, Eropa Barat, atau Russia. Dampaknya ke Indonesia, karena semua bank di Indonesia konektivitasnya memakai perusahaan perangkat lunak sebagai data server.
Bagaimana posisi yang harus diambil Indonesia?
Indonesia perlu memberi sikap atas konflik yang terjadi. Sikap pertama, Indonesia fokus terhadap kekerasan agar perang dihentikan. Kedua, beralih ke fokus kemanusiaan melalui misi humanitas. Diharapkan, begitu ada koridor atau misi kemanusiaan yang disepakati, berarti sudah bisa ada pembicaraan antara dua belah pihak sehingga ada kesepakatan penghentian kekerasan.
Beberapa hari lalu, Bapak bertemu Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), berdiskusi soal Ibu Kota Negara (IKN). Mungkin ada gagasan terkait pembangunan IKN ini?
Beberapa waktu lalu, kami membahas kolaborasi kajian Lemhannas dengan Kementerian PUPR tentang ketahanan Ibu Kota Negara baru (IKN). Salah satu gagasan yang didiskusikan adalah persiapan konsep masa depan untuk IKN Nusantara. Persiapan konsep masa depan itu diharapkan mampu memproyeksikan, mengadopsi teknologi-teknologi baru dalam pembangunan Ibu Kota. Tentunya ini akan diikuti dengan kemunculan tantangan dan kerawanan baru karena adopsi teknologi tersebut.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Komentar
()Muat lainnya