Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Andi Widjajanto

Antisipasi Perang di Ruang-ruang Digital secara Hibrida

Foto : ISTIMEWA

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Andi Widjajanto

A   A   A   Pengaturan Font

Konflik Laut Tiongkok Selatan menjadi salah satu isu global yang juga melibatkan Indonesia. Seperti apa Bapak memandang konflik tersebut. Harus bagaimana sikap Indonesia?

Skenario yang dibangun dalam menghadapi konflik Laut Tiongkok Selatan (LTS) harus memperhatikan banyak dimensi. Salah satunya seperti disampaikan Presiden pada 5 Oktober 2020. Saat itu, Bapak Presiden mengungkapkan karakteristik perang masa depan berbasis teknologi, memiliki daya rusak besar, decisive battle. Medan yang kompleks seperti operasi multiwilayah, perang gabungan alias hibrida.

Hybrid war ini harus hati-hati karena akan menjadi bagian dari zona abu-abu. Hybrid war diluncurkan sebagai langkah awal yang terpadu secara sistematis untuk membuat kekerasan bisa dilakukan secara lebih efektif. Indonesia sendiri sudah memiliki pilar doktrin pertahanan. Pilar tersebut adalah rakyat semesta, perang berlarut, defensif aktif, pertahanan dalam, dan gabungan. Sementara itu, terkait gelar Natuna Utara, pilarnya adalah naval centric, Air Defense Identification Zone (ADIZ), defensif aktif pangkalan aju, pangkalan, dan gabungan.

Russia menyerang Ukraina. Bagaimana Bapak memandang konflik bersenjata tersebut dan apa dampaknya bagi Indonesia?

Sebetulnya, pemimpin-pemimpinnya tidak punya pilihan, selain bersikap rasional dengan menyadari bahwa perang tidak akan menyelesaikan masalah. Perang malah akan bereskalasi menuju kehancuran kedua belah pihak. Menyoroti perkembangan sejauh ini dari perang Russia vs Ukraina, saya memandang retaliasi (pembalasan) dalam konflik dua negara tersebut berbentuk asimetrik. Indonesia harus memperhatikan dampak dari retaliasi asimetris tersebut baik pada aspek keamanan maupun ekonomi. Dalam serangan militer tersebut, yang dilakukan Eropa Barat, Amerika, dan NATO tidak beretaliasi militer, akan tetapi retaliasi berusaha menyasar kepentingan bisnis utama Russia.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top