Amerika Polisi Dunia
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping.
Foto: ANTARA/REUTERS/Kevin Lamarque.Ingin tetap menjadi polisi dunia. Itulah julukan yang diberikan kepada Amerika Serikat (AS) walaupun berkali-kali Presiden Donald Trump membantah. Perilaku dan kebijakan luar negeri negara itu tetap memperlihatkan bahwa negara itu menempatkan dirinya sebagai pengatur dunia.
Saat menghadiri wisuda taruna Akademi Militer AS di West Point, Sabtu pagi waktu setempat atau Sabtu malam WIB (13/6), Trump mengatakan mereka bukan polisi dunia. Tapi Trump menambahkan bahwa musuh-musuh mereka harus tahu apabila rakyat AS terancam, maka tentara AS tidak akan pernah ragu untuk mengambil tindakan.
Di dalam sambutan di hadapan 1.100 perwira remaja itu, Trump mengingatkan setiap perwira remaja bahwa pemerintahannya mengembalikan prinsip fundamental bahwa tentara AS tidak bertugas untuk membangun negeri-negeri yang jauh, melainkan untuk membela dengan sungguh-sungguh bangsa dan negara dari ancaman musuh. Dan ketika kita bertempur, kita hanya akan bertempur untuk menang, kata Trump. Trump mengutip pernyataan salah seorang jenderal AS dalam Perang Dunia Kedua, Douglas McArthur. Douglas McArthur mengatakan dalam perang tidak ada yang dapat menggantikan kemenangan.
Realitasnya tentu berbeda. Tindakan yang diambil AS pun bermacam-macam. Mulai dari mendanai politisi pro-AS, membantu upaya penggulingan rezim anti AS, sampai membunuh tokoh-tokoh yang melawan AS. Qassem Soleimani adalah salah satunya. AS tidak peduli walaupun PBB menyatakan pembunuhan terhadap Mayor Jenderal Qassem Soleimani oleh pesawat nirawak AS itu merupakan tindakan ilegal dan melanggar hukum internasional.
Presiden AS memerintahkan serangan untuk membunuh Mayor Jenderal Qassem Soleimani dan pengeboman pesawat nirawak terjadi di dekat Bandara Internasional Baghdad. Soleimani dianggap sebagai teroris nomor wahid di seluruh dunia. Dalam pengeboman tersebut, selain menewaskan Qassem Soleimani, Komandan Irak Abu Mahdi al-Muhandis turut terbunuh. AS menuduh Soleimani mendalangi serangan milisi yang didukung Iran terhadap pasukan AS di wilayah Irak. Pekan lalu, pengadilan di Iran mengeluarkan surat perintah penangkapan Trump dan meminta interpol melaksanakan penangkapan tersebut.
Sebagai negara superpower dan adidaya, AS memang terkenal akan penghargaan yang tinggi terhadap kehidupan setiap warga negaranya. AS tidak segan-segan mengintervensi urusan politik negara lain agar sesuai dengan nilai-nilai dan kepentingan mereka. Persetan dengan cara yang ditempuh. Bahkan, Irak saja dipaksa menjadi sebuah negara demokrasi setelah Saddam Hussein dibunuh.
Kini, AS juga terlibat dalam konflik dan hubungan yang panas dengan Tiongkok. Berbagai kebijakan dikeluarkan Negeri Paman Sam itu untuk menekan Tiongkok. Tiga kapal induk dan pesawat pembom 52H dikerahkan ke Laut Tiongkok Selatan. AS pun menyeret sekutunya agar bisa mengepung Tiongkok dari berbagai penjuru, yakni ekonomi, politik, dan militer. Dalam kasus Huawei, AS menyeret Inggris dan Kanada untuk memusuhi Tiongkok.
Di era 30-an, AS masih menganut kebijakan luar negeri yang netral, anti-kolonialis, dan isolasionis. Saat itu mengurus ekonominya saja sulit, apalagi mau bertindak menjadi polisi dunia.Di era tersebut, berbagai tarif perdagangan dikenakan dan imigrasi dibatasi. Era ini pun diakhiri dengan meletusnya Perang Dunia 2. Sebuah perang yang menjadi titik balik dari kebijakan luar negeri AS.
Perang ini mendorong AS untuk bergabung dengan aliansi militer The Allies. Bahkan, setelah perang dimenangkan, AS justru mengikatkan diri dalam aliansi militer permanen bernama North Atlantic Treaty Organization(NATO) pada tahun 1949. Sejak bergabung dalam NATO itu, AS resmi menjadi polisi dunia yang membela kepentingan diri dan negara sahabatnya secara aktif.
Pada era perang dingin, Uni Soviet menjadi musuh utama AS. Pascaperang dingin, diktator-diktator di negara berkembang, seperti Manuel Noriega dan Saddam Hussein menjadi sasaran AS. Kini, rezim teokratik Iran menjadi target utama Presiden Donald Trump. Sejarah menunjukkan dengan jelas mengapa AS menjadi polisi dunia. AS ingin menyebarkan American Values di seluruh dunia dan menjaga superioritas negara itu sebagai adidaya tunggal. ν
Penulis: Arip, CS Koran Jakarta, Dika, Dimas Prasetyo, Dio, Fathrun, Gembong, Hamdan Maulana, Hayyitita, HRD, Ichsan Audit, Ikn, Josephine, Kelly, Khoirunnisa, Koran Jakarta, Leni, Lukman, Mahaga, Monic, Nikko Fe, Opik, Rabiatul Adawiyah, Rizky, Rohmad, Sujar, Tedy, User_test_2, Wahyu Winoto, Wawan, Zaky
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Dorong Industrialisasi di Wilayah Transmigrasi, Kementrans Jajaki Skema Kerja Sama AlternatifÂ
- 2 Tak Sekadar Relaksasi, Ini 7 Manfaat Luar Biasa Terapi Spa untuk Kesehatan
- 3 Selama 2023-2024, ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah Plastik
- 4 Industri Kosmetik Nasional Sedang 'Glowing', tapi Masyarakat Perlu Waspada
- 5 Kemenperin Desak Produsen Otomotif Tiongkok di Indonesia Tingkatkan Penggunaan Komponen Lokal
Berita Terkini
- Menko PMK Pimpin Pengambilan Sumpah Jabatan Pimpinan Tinggi Madya
- Perang Hibrida Russia Sangat Berbahaya
- Beras Program SPHP 50 Kilogram Hanya untuk Wilayah 3TP
- Penurunan Ekonomi Tidak Menghalangi Orang Tiongkok Lakukan Perjalanan Libur Tahun Baru Imlek
- Ayo Segera Diborong, Otobiografi Paus Fransiskus Telah Beredar di Toko-toko Buku