Aktivis Siramkan Cat Merah untuk Protes Pertumpahan Darah
Aksi Simbolis l Para aktivis menyiramkan cat merah di jalanan saat melakukan aksi protes di Kota Hpa-an, Myanmar, pada Selasa (6/4). Aksi yang oleh para aktivis disebut sebagai “serangan cat berdarah” ini, dilakukan untuk memprotes tindak kekerasan oleh militer terhadap demonstran yang menyuarakan penolakan atas terjadinya kudeta.
Foto: AFP/Eindu YouthsYANGON - Para aktivis di Myanmar pada Selasa (6/4) melakukan aksi menyiram jalan raya dengan cat merah untuk memprotes tindak penumpasan berdarah aksi demonstrasi oleh junta yang telah mengakibatkan sedikitnya 570 orang tewas.
Aksi menyiramkan cat merah ini terjadi di Kota Yangon. Selain menyiram jalan, warga juga mengoleskan cat merah dan sidik jari di halte bus dan trotoar sebagai bentuk protes atas kekerasan militer.
Aksi yang oleh para aktivis disebut sebagai "serangan cat berdarah" itu merupakan kreasi gerakan terbaru untuk menyuarakan oposisi tanpa mengambil risiko ditembak atau ditangkap saat terjun langsung dalam sebuah demonstrasi.
Sebuah slogan yang dicoretkan pada halte bus menuliskan bahwa militer telah disalahgunakan untuk melindungi pemimpin junta yaitu Jenderal Min Aung Hlaing dan mendesak agar tentara untuk tidak menembaki warga sipil.
Aksi "serangan cat berdarah" juga terjadi di Kota Hpa-an yang ada di Negara Bagian Karen timur. Di kota ini para pemuda menyemprotkan cat sambil mengacungkan salam tiga jari yang telah menjadi simbol bagi gerakan protes.
Selain menggelar "serangan cat berdarah", para aktivis juga melakukan aksi simpatik berupa pengumpulan makanan bagi membantu keluarga-keluarga miskin yang kesulitan mendapatkan bahan pangan selama terjadinya aksi protes yang terjadi sejak awal Februari lalu.
Selain itu juga dilakukan aksi penggalangan dana secara daring oleh kelompok mantan anggota parlemen dari Partai National League for Democracy (NLD) dan uang yang terkumpul dimaksudkan untuk mendongkel kediktatoran junta dan memulihkan demokrasi.
Sementara itu kudeta dan penumpasan aksi protes di Myanmar telah memicu kemarahan dan sanksi dari sejumlah negara dunia.
Terkait sanksi terhadap Myanmar, pada Selasa Russia menyatakan menolak untuk menerapkan sanksi. Sebelumnya Tiongkok pun telah menolak untuk memberikan sanksi terhadap Myanmar.
"Ancaman dan tekanan justru akan semakin mendesak Myanmar semakin mendekati terjadinya konflik sipil," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Russia.
Eksodus Warga
Sementara itu, VoA melaporkan bahwa ratusan warga sipil di Myanmar termasuk para aktivis, mantan anggota partai NLD, dan penduduk desa telah melakukan eksodus ke Negara Bagian Kayin.
Kayin adalah wilayah yang dikuasai Karen National Union, sebuah organisasi etnis bersenjata yang sudah memperjuangkan otonomi yang lebih besar di Myanmar selama lebih dari tujuh dasawarsa.
Terlepas dari kecaman internasional, pasukan Myanmar terus melakukan serangan brutal terhadap warga sipil tidak bersenjata, seiring meningkatnya jumlah korban yang tewas. Itulah sebabnya Karen National Union mau memberi perlindungan bagi warga Myanmar dari semua etnis yang melarikan diri. AFP/VoA/I-1
Berita Trending
- 1 Semangat Awal Tahun 2025 by IDN Times: Bersama Menuju Indonesia yang Lebih Kuat dan Berdaya Saing
- 2 Ayo Dukung Penguatan EBT, Irena Jadikan Asean sebagai Prioritas Percepatan Transisi Energi
- 3 Mulai 23 Januari, Film '1 Kakak 7 Ponakan' Tayang di Bioskop
- 4 Cegah Penularan, Pemprov Jatim Salurkan 7.000 Dosis Vaksin PMK ke Pacitan
- 5 Sah Ini Penegasannya, Proyek Strategis Nasional di PIK 2 Hanya Terkait Pengembangan Ekowisata Tropical Coastland