Aksi Protes Semakin Meluas
Protes di Yangon l Pengunjuk rasa memenuhi jalanan di Kota Yangon saat mereka melakukan aksi demonstrasi menentang kudeta militer di Myanmar pada Rabu (17/2). Unjuk rasa yang diikuti puluhan ribu warga ini dikhawatirkan pelapor khusus PBB berpotensi menyebabkan eskalasi kekerasan di negara yang dulu bernama Burma itu.
Dalam aksi-aksi unjuk rasa sebelumnya, pasukan keamanan sempat mengerahkan truk meriam air, menembakkan peluru karet dan gas air mata untuk membubarkan massa di sejumlah kota. Untuk menghalangi menyebarnya informasi unjuk rasa ini, junta militer berulang kali mematikan akses internet di sebagian besar wilayah Myanmar.
Pelapor khusus PBB bernama Tom Andrews mewanti-wanti potensi eskalasi kekerasan setelah semakin banyak pasukan dikirimkan ke Yangon dan jika terjadi bentrokan, maka situasinya bisa diluar kendali.
"Saya khawatir akan terjadi kekerasan dalam skala yang lebih besar di Myanmar kali ini. Lebih besar daripada yang kita saksikan selama ini sejak pengambilalihan pemerintah secara ilegal pada 1 Februari," kata Andrews.
"Dulu, pergerakan pasukan seperti itu yang menjadi awal pembunuhan, penghilangan orang, dan penahanan secara massal. Saya takut mengingat dua perkembangan ini, protes massal yang direncanakan dan pengumpulan pasukan, bisa membawa kita ke jurang di mana militer melakukan kejahatan yang lebih besar terhadap rakyat Myanmar," imbuh pelapor khusus PBB itu.
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya