Akhemeniyah, Kekaisaran yang Mewariskan Multikulturalisme
Baginya, satu-satunya tuhan adalah sang pencipta, Ahura Mazda, pembawa cahaya, ketertiban, dan kebenaran. Dengannya, hukum atau logika dunia disusun. Bahkan mereka yang tidak menganut Zoroastrianisme tumbuh dalam budaya yang menghargai gagasan etis sederhana seperti mengatakan kebenaran.
Dalam bukunya Atlas of Empires, Peter Davidson bercerita tentang bagaimana dan mengapa kerajaan-kerajaan besar dalam sejarah muncul, beroperasi dan akhirnya mengalami kemunduran. Ia juga membahas masa depan kerajaan tersebut di dunia yang terglobalisasi saat ini.
Davidson menulis, di beberapa daerah, satu suku berhasil mengumpulkan kumpulan suku lain di bawah kepemimpinannya. Orang Media adalah salah satunya. Mereka membangun ibu kota di Ecbatana yang artinya tempat pertemuan di bagian timur Zagros tempat mereka memperluas kekuasaannya.
Pada 612 sebelum masehi (SM), Cyaxares, Raja Media, menyerbu Niniwe bersama orang Kasdim atau orang yang berasal dari daerah berawa-rawa yang terletak di selatan Irak. Setelah itu ia bergerak ke barat laut.
Pada 585 SM, bangsa Media berperang melawan bangsa Lydia di Sungai Halys ketika gerhana matahari membuat kedua belah pihak takut untuk berdamai. Segera setelah itu, Cyaxares mati dan meninggalkan sebuah kerajaan kepada putranya, Astyages (585-550 SM).
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya