Agus Widjojo
Foto: Koran Jakarta/Wachyu APBangsa Indonesia yang ditakdirkan hidup dalam wilayah geografis yang sama, terdiri atas perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat ini membuat kita harus berpikir bahwa kita hidup bersama dalam perbedaan. Untuk itu, kesadaran akan perbedaan tersebut harus bisa menjadi perekat dengan memantapkan kembali nilai-nilai kebangsaan.
Untuk mengetahui apa saja yang telah dan akan dilakukan segenap jajaran Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) memantapkan nilai-nilai kebangsaan dalam mencetak pemimpin nasional yang berkualitas, wartawan Koran Jakarta, Frans Ekodhanto, berkesempatan mewawancarai Gubernur Lemhannas, Agus Widjojo, di Jakarta, baru-baru ini. Berikut petikan selengkapnya.
Sebagai Gubernur Lemhannas, apa program kerja jangka panjang dan pendek Anda?
Perlu dipahami, sejak diresmikan pada 20 Mei 1965, Lemhannas merupakan lembaga pemerintah yang mengemban amanah sebagai wadah pendidikan dan penyiapan kader-kader pimpinan tingkat nasional dari berbagai elemen bangsa. Amanah lain, sebagai lembaga kajian strategis terhadap berbagai isu global, regional, dan nasional yang memengaruhi kehidupan nasional bangsa Indonesia.
Semua itu sejalan dengan bergulirnya era reformasi tahun 1998 yang membawa dampak postif dan negatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejak tahun 2006, tugas pokok, fungsi, dan peran Lemhannas diperluas sebagai lembaga yang juga menyelenggarakan pemantapan nilai-nilai kebangsaan bagi berbagai komponen bangsa.
Lebih detailnya bagaimana?
Untuk itu, Lemhannas telah menyusun rencana strategis (Renstra) tahun 2015-2019, yang di dalamnya tertuang program jangka pendek dan jangka panjang. Program jangka panjangnya adalah pembangunan kapasitas (capacity building) Lemhannas, mulai dari SDM hingga aspek kelembagaan sebagai lembaga pendidikan dan kajian berkualitas yang mampu hadir dalam lingkup regional maupun global.
Untuk program jangka pendek difokuskan pada peningkatan kualitas SDM, percepatan revolusi mental dan reformasi birokrasi sebagai lembaga pemerintah. Program lainnya, perluasan cakupan pendidikan maupun pemantapan nilai kebangsaan, percepatan, serta peningkatan kualitas kajiankajian strategis yang mendukung terwujudnya program Nawa Cita pemerintah.
Apa saja program kerja yang telah tercapai sejak Anda dilantik hingga saat ini?
Lemhannas ini sebuah lembaga pemerintah nonkementerian yang bergerak di bidang pendidikan, pengkajian, dan penyebaran nilainilai kebangsaan. Bisa dikatakan bersifat rutin tetap. Artinya, tidak seperti bisnis yang bisa dilihat keuntungannya sehingga bisa dinilai. Secara kuantitatif sudah direncanakan sejak awal, sesuai dengan peran dan fungsi lembaga ini dan tergantung alokasi anggaran pemerintah.
Kalau dilihat secara kuantitatif bersifat rutin tetap. Setiap tahun, kami menyelenggarakan proses pendidikan, baik reguler yang terdiri dari 100 orang. Kalau setahun dua kali, kami melakukan pendidikan belajar mengajar untuk 200 orang. Yang memberikan daya pembeda di sini adalah kualitatif, yaitu bidang pendidikan dan pengkajian.
Dalam bidang pendidikan, kami berusaha mempertajam cara berpikir para peserta pendidikan, sehingga konsensus kebangsaan itu nantinya bisa lebih melekat pada para lulusan dan dibawa ketika bertugas di lapangan. Pendidikan yang diperoleh bisa dijadikan sebagai instrumen dalam menentukan kebijakan. Ketika mereka lulus dan menduduki jabatan, pasti akan ada keterkaitan dengan proses pembuatan kebijakan publik.
Harapan kepada para alumni Lemhannas?
Kami harapkan proses pembuatan kebijakan ini akan diwarnai oleh materi-materi subtansi konten yang dibekalkan di Lemhannas. Di sini bukan saja mengingat tentang apa itu, tapi juga dipertajam cara berpikirnya untuk menggali tentang mengapa. Misalnya, mengapa kita sampai dalam keadaan seperti ini di Indonesia? Kemudian, sampai di mana sebetulnya implementasi tentang konsensus kebangsaan sampai hari ini di tengah bangsa dan masyarakat kita? Mengapa sampai pada tingkat itu? Bagaimana cara memperbaikinya?
Dalam proses belajar-mengajar ini kami lebih banyak memotivasi. Merangsang daya pikir mereka melalui pemberian studi kasus atau persoalan-persoalan untuk dipecahkan, sehingga mereka bukan saja menghafal, tapi mengajak mereka mencari solusi di dalam substansi-substansi tersebut. Kami juga ingin memperkuat dari sisi karakter.
Karakter itu konsistensi kami. Kepandaian bukan satu-satunya aspek yang harus diwujudkan karena kepandaian tanpa kesadaran untuk menempatkan diri di dalam konteks kaidah-kaidah kemasyarakatan, dia tidak akan memberikan kontribusi yang positif kepada masyarakat, malah memberikan kontribusi yang negatif.
Artinya, kami ingin membentuk pemimpin yang mempunyai daya analisis yang tajam, tapi juga berkarakter di dalam wawasan kebangsaan. Jadi, aspek kualitas itulah kami bergerak untuk bisa memberikan sebuah nilai atau karakter yang mempunyai daya yang berbeda dari sisi hasil didik untuk memberikan pengaruh kepada output dan outcome.
Apa tindak lanjut dari pendidikan yang diberikan di Lemhannas ini agar karakternya tetap sesuai harapan?
Di sini, kadang-kadang kami suka meleset dan mempunyai harapan yang sifatnya instan. Pendidikan itu hanya membekali materi-materi dasar dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin tidak bisa langsung jadi dari sebuah pendidikan apalagi pendidikan dalam bentuk karakter diawali dari pendidikan anak usia dini yang tidak dicabut dari akar culture masyarakatnya, tapi menjadi bagian dari culture masyarakat.
Jadi, kurang tepat kalau dikatakan Lemhannas ini membentuk pemimpin. Akan tetapi, kalau dikatakan Lemhannas ini merupakan sebuah lembaga kepemimpinan, sebetulnya bukan Lemhannas untuk mencetak pemimpin karena tidak mungkin pemimpin dicetak dalam waktu singkat. Di sini adalah pendidikan kepemimpinan, di sini adalah pendidikan pemimpinpemimpin nasional.
Di Lemhannas, kami membekali pada pemimpin. Tapi jangan dilupakan, pasca-pendidikan dari Lemhannas, perkembangan para pemimpin itu akan sangat ditentukan kondisi di lapangan. Misalnya, akademi militer dalam waktu empat tahun. Walaupun nilai-nilai itu kuat, tapi kalau tidak dipelihara di lapangan dan terkena kontaminasi oleh nilai-nilai negatif, tinggal tunggu waktu saja, semakin lama akan semakin luntur.
Untuk menjamin seorang pemimpin itu konsisten pada tingkat pengabdian tertinggi memang perlu penegakan, penjagaan dari semua pihak yang terlibat dalam sebuah sistem. Nah, bagaimana kita merasakan nilai-nilai itu hidup dalam masyarakat. Ini akan dirasakan oleh setiap pemimpin, menjadi tekanan dan arah motivasi untuk mengetahui arah mana yang patut diikuti dalam menjamin bahwa dia adalah pemimpin yang efektif.
Jika memang Lemhannas merupakan lembaga nonkementerian, perlu tidak wewenang dari lembaga ini diperluas?
Setiap orang pasti ingin kewenangan yang dimilikinya termasuk lembaganya itu semakin luas dan baik. Tapi, kita juga mesti sadar bahwa suatu lembaga/institusi itu hadir sebagai bagian dari sistem yang lebih luas, dan ini harus berinteraksi dengan lembaga-lembaga lain.
DPR sudah memberikan amanat kepada Lemhannas agar pesertanya itu 51 persen non-TNI/Polri, 49 persennya dari TNI/Polri. Kami akan relatif mudah untuk meminta atau merekrut personel itu dari TNI/Polri daripada non-TNI/Polri. Hal itu karena pembinaan personel itu sudah ada di TNI/Polri fase-fase tertentu yang diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan sebagai investasi untuk tahapan pengabdian selanjutnya.
Namun, di sipil ini belum menjadi standar, sehingga ada kesulitan dari peserta dari non-TNI/Polri untuk meninggalkan jabatannya dalam waktu sekian lama sehingga kita juga perlu mempertimbangkan hal ini. Kami bergerak berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diberikan pemerintah. Di dalam Perpres untuk organisasi memang Lemhannas berada di tengah-tengah.
Untuk tantangan menjadi lembaga kelas dunia itu apa?
Kami tidak punya pabrik SDM sendiri, karena bagian dari TNI/ Polri juga sebuah perjalanan alih tugas dan jabatan di dalam pola pembinaan karier masing-masing. World class institution ini juga akan diperbandingkan dengan lembagalembaga institusi sejenis yang ada di tempat lain, baik dalam negeri maupun di negara lain. Karena kondisinya tidak sama, tentu akan sulit diperbandingkan.
Menurut Anda, Lemhannas negara mana yang bagus?
Kami banyak melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga sejenis di negara lain, dan yang ingin kami tarik pelajaran adalah untuk berbagi pengalaman atau praktikpraktik terbaik. Tentu kami tidak bisa menyamakan substansi atau konten karena kondisinya berbeda.
Kerja sama yang cukup intens kami lakukan, misalnya, dengan Australia, Singapura, Prancis, Amerika Serikat, dan negara lain. Di sini, kami bisa melihat di mana didudukkan lembaga seperti Lemhannas di dalam sebuah tatanan yang menjadi bagian di dalam sebuah sistem yang lebih luas, di situ kami belajar.
Menurut Anda, toleransi kita saat ini seperti apa?
Mau tidak mau, kami harus mengakui bahwa tingkat toleransi sekarang rasa-rasanya sudah bergeser, akan tetapi itu tidak hanya menjadi tantangan dan masalah Indonesia saja. Indonesia sebagai bagian dari perkembangan lingkungan strategis pada tingkat antar bangsa terutama dengan muncul dan berkembangnya teknologi informasi yang secara langsung maupun tidak langsung membuat tatanan masyarakat menjadi berubah.
Ini juga memberikan tantangan pengganda karena kondisi semacam ini sudah memengaruhi generasi-generasi muda kita. Ini tidak untuk mengatakan bahwa generasi muda sekarang ini sudah tergerus rasa toleransi atau nasionalisme. Juga tidak untuk mengatakan generasi sekarang ini lebih inferior daripada generasi sebelumnya. Akan tetapi, sikap hidup mereka berbeda dengan sikap hidup generasi sebelumnya dengan semua ketersediaan yang ada dalam diri mereka melalui kemajuan teknologi dan informasi.
Yang kami lihat dari situ salah satunya kehidupan semakin individualistis. Mereka membentuk jaringan- jaringan dalam persamaan, akan tetapi tidak dalam kesadaran dalam kesamaan di dalam lingkup yang lebih luas. Hal ini memberikan tantangan tersendiri.
Ini memudahkan orang untuk bergerak di dalam kelompok-kelompok yang kurang bisa diamati apalagi terkontrol dari lingkup yang lebih besar. Apalagi jika memang keadaan seperti itu dimuati oleh niat-niat negatif dari kelompokkelompok tertentu untuk tujuantujuan sempit yang bertentangan dengan kepentingan kita dalam membangun masyarakat yang toleran.
Jalan ke luarnya, kekompakan masyarakat harus segera diwujudkan, sebab hal ini bukanlah hal yang baru. Hoax atau berita bohong itu sudah kita kenal sejak lama. Keseimbangan pengetahuan antara yang mengeluarkan dan yang menerima berita bisa sangat mendikte.
Yang menerima selain tidak paham, juga tidak siap menerima apakah ini berita bohong atau tidak. Akhirnya mudah terbawa, apalagi hal-hal yang memicu emosi. Solusi utamanya penegakan hukum. Saya mengapresiasi Polri yang bertindak tegas kepada sumber-sumber yang menyebarkan berita bohong yang bisa menyebabkan perpecahan di masyarakat.
Solusi selanjutnya, meningkatkan ketahanan masyarakat. Caranya dengan memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada masyarakat agar tidak terlalu reaktif atau emosional. Dengan pendidikan dan pengetahuan ini, selain mampu mengontrol emosi juga dapat membedakan apakah berita tersebut benar atau tidak .
Bagaimana cara Anda dan staf di Lemhannas agar tidak korupsi?
Saya selalu mengatakan negara ini selalu bergerak maju. Artinya, administrasinya semakin tertib dan akan dikenakan kepada kita untuk selalu diperiksa dalam ketertiban administrasi, termasuk keuangan. Oleh karena itu, kalau banyak aturan yang harus kita patuhi, itu jangan dijadikan sebagai beban, akan tetapi jadikan itu sebagai tantangan untuk menjadi lebih baik.
N-3
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis:
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Semangat Awal Tahun 2025 by IDN Times: Bersama Menuju Indonesia yang Lebih Kuat dan Berdaya Saing
- 2 Ayo Dukung Penguatan EBT, Irena Jadikan Asean sebagai Prioritas Percepatan Transisi Energi
- 3 Mulai 23 Januari, Film '1 Kakak 7 Ponakan' Tayang di Bioskop
- 4 Cegah Penularan, Pemprov Jatim Salurkan 7.000 Dosis Vaksin PMK ke Pacitan
- 5 Sah Ini Penegasannya, Proyek Strategis Nasional di PIK 2 Hanya Terkait Pengembangan Ekowisata Tropical Coastland
Berita Terkini
- Babak Pertama, Semen Padang Ungguli Bali United 1-0
- Tayang 23 Januari, Ini Sinopsis dan Sederet Pemain Film "Sebelum Tujuh Hari"
- Mulai 22 Januari, Pemprov DKI Sediakan Pangan Bersubsidi bagi Warga Tertentu
- Pemkab: Lahan pertanian Jayawijaya capai 112 hektare melebihi target
- Demi Kesejahteraan Rakyat, Dua BUMD Jatim Jadi Perseroda