Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 04 Agu 2017, 01:00 WIB

Adu Domba, Budaya Khas dari Kabupaten Garut

» Wagub Jabar Deddy Mizwar (kiri - kemeja putih) ketika meninjau lokasi penyelenggaraan tradisi adu domba di Garut. Tradisi adu domba merupakan bagian dari budaya lokal yang sudah berlangsung puluhan tahun di Garut.

Foto: KORAN JAKARTA/Teguh Rahardjo

Domba, binatang identik dengan Kabupaten Garut. Hewan mengembik ini telah menjadi bagian dari kehidupan ekonomi dan kebudayaan kota dengan julukan Swiss van Java ini.

Kulit domba menjadi bahan dari pembuatan jaket, tas, dan sepatu, selain kulit sapi. Dagingnya pun menjadi pilihan para penjual sate kambing. Bahkan restoran di Bandung pun harus mendatangkan langsung dari Garut.

Bahkan domba menjadi salah satu hewan yang menjadi ikon budaya kota ini. Domba sering dilombakan, baik dari sisi kekuatannya dengan adu domba ataupun diadu kecantikan dan kesehatannya.

Pelestarian budaya dan tradisi lokal Sunda khususnya dari wilayah Garut dapat dilakukan melalui kegiatan festival seni ketangkasan dan kontes ternak domba garut.

Seni adu domba di Garut merupakan bagian dari budaya yang melombakan ketangkasan dan kekuatan domba. Memang banyak daerah lain yang menjadikan adu domba sebagai bagian dari seni budayanya, namun tetap saja Garut menjadi panutannya.

Domba sebagai hewan domestik masyarakat agraris ini kemudian berkembang menjadi seni tradisi adu ketangkasan. Dari sejumlah catatan di Disbud Jabar, tradisi seni ketangkasan domba Garut ini berawal dari masa pemerintahan Bupati Suryakanta Legawa sekitar 1815-1829.

Ia sering berkunjung ke sejawat perguruannya bernama Haji Saleh yang mempunyai banyak domba. Sebagai sesama pemilik dan pecinta hewan domba, ia meminta salah satu domba sahabatnya yang dinamai si Lenjang untuk dikawinkan dengan domba yang ada di Pendopo Kabupaten yang bernama si Dewa.

Lenjang dan Dewa beranak si Toblo, yang kemudian beranak-pinak menghasilkan keturunan domba Garut yang dikhususkan sebagai hewan pada pentas seni adu tangkas yang berbeda dengan hewan domestik domba umumnya.

Adu ketangkasan domba Garut ini menjadi salah satu pengembangan wisata karena banyak menyedot perhatian masyarakat. Penonton dan peserta pun bukan saja berasal dari Garut. Banyak pemilik domba aduan dari daerah Bandung, Tasik bahkan Jakarta yang ikut bermain.

Setiap ada pergelaran laga adu domba, hampir seluruh peternak dan kolektor domba aduan akan berkumpul. Sebab selain untuk menguji kekuatan domba aduan dan menjadi jawara domba adu, even ini menjadi bagian dari upaya untuk melestarikan budaya dan mengembangkan domba aduan khas Garut.

Domba aduan ini secara fisik memang terlihat berbeda. Pada umumnya mempunyai fisik yang kekar dengan tanduk yang panjang melengkung. Warna bulunya tertata rapi baik putih, hitam atau perpaduan.

Saat mengikuti kontes aduan, penampilan juga tidak boleh dilupakan. Domba jagoan dihias seperti halnya ratu, dengan kalung yang mentereng, mayoritas berwarna merah. Tidak lupa dengan kalung bunga dan sesajian oleh pawang. Sementara musik tradisional mengiringi pergelaran adu domba ini.

Domba yang dipertandingkan tentunya harus memiliki kriteria sama. Misalnya kategori kelas di atas bobot 75 kilogram atau masuk kelas A tidak boleh diadu dengan kelas di bawahnya. Juri atau panitia yang akan menentukan masing-masing lawan.

Saat diadu, masing-masing domba akan dibawa pemilik yang biasanya mengenakan baju adat pangsi, serba hitam dan topi kulit. Mereka masuk arena dan mempertemukan domba yang akan diadu. Saat kedua domba sudah siap, pemilik akan melepaskan. Domba akan mengambil ancang-ancang, mundur beberapa meter. Lalu keduanya akan berlari untuk mengadu kekerasan tanduknya.

Saat dua kepala beradu, suara tanduk akan terdengar cukup keras. Badan kedua domba terlihat seperti terbang. Kaki bagian belakang akan terangkat saat kedua kepala saling berbenturan. Domba yang masih kuat berdiri akan dinyatakan sebagai pemenangnya. Tetapi terkadang domba dinyatakan kalah jika lari menghindar atau dikejar domba lainnya.

Menjadi juara dalam adu domba akan menaikan pamor sang domba dan peternaknya. Bahkan nilai jual kambing aduan ini bisa mencapai puluhan juta rupiah per ekornya. Selain sebagai wahana wisata, laga domba Garut sebagai upaya mencari bibit domba yang memiliki nilai jual tinggi. tgh/R-1

Dokar Unyil

Domba Garut memang diakui memiliki fisik kuat. Kekuatan fisik ini kemudian dimanfaatkan secara kreatif oleh warga Garut untuk meraup rupiah. Salah satunya dengan membuat dokar unyil.

Dikatakan dokar unyil karena dokar ini jauh lebih kecil dari dokar atau delman yang ditarik kuda. Dokar ini hanya dapat dinaiki dua orang anak-anak. Yang menarik dokar ini adalah domba.

Domba yang menarik dokar unyil ini pun dihias sedemikian rupa sehingga terlihat cantik dan menarik. Karena konsumennya adlaah anak-anak, pemilik dokar unyil tidak melepaskan begitu saja saat domba menarik dokar tersebut.

Pemilik akan terus mendampingi dengan berjalan di samping dokar atau menuntun sang domba untuk berjalan mengitari lapangan atau alun-alun. Dokar domba ini mudah ditemukan di kawasan alun-alun Kota Garut. Cukup dengan lima ribu rupiah, maka tamasya unik bagi anak-anak dapat dinikmati. Murah meriah.

Dan jangan lupa kalau berkunjung ke Garut untuk membeli jaket kulitnya, atau memburu kuliner dodol dan kerupuk dorokdok (kerupuk kulit). Dua kuliner khas ini gampang ditemui di sepanjang jalan kota Garut. Di beberapa sentra oleh-oleh juga dapat dijumpai boneka domba. tgh/R-1

Pesta Patok

Kontes adu domba ini selalu menjadi bagian dari pesta ternak atau yang dikenal di wilayah Jabar dengan sebutan pesta patok. Pasalnya, banyak patok atau kayu bambu yang ditanam, untuk mengikat hewan atau ternak yang hendak dipamerkan.

Pesta patok ini rutin dilakukan di wilayah Jabar, dan dilakukan berpindah-pindah. Misalnya akhir pekan lalu pesta patok ini dilakukan di Kabupaten Garut. Wagub Jabar Deddy Mizwar ikut hadir dalam pesta patok yang dikolaborasikan dengan Kontes Ternak dan Panen Pedet. Lokasinya di Lapangan Golf Flamboyan, Desa Ngamplang Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut.

Kegiatan kontes ternak yang diikuti 500 peternak, organisasi profesi, lembaga penelitian, swasta dan perguruan tinggi ini, merupakan agenda rutin Pemprov Jabar dalam rangka memeriahkan HUT Provinsi Jabar ke-71 yang jatuh pada 19 Agustus.

Kontes tahunan ini untuk memotivasi para peternak agar secara swadaya menyediakan bibit pengganti induk-induk yang sudah tidak produktif sehingga produksi hasil ternak jauh lebih meningkat.

Sebagai catatan, Jabar memiliki delapan jenis ternak lokal atau sumber daya genetik yang secara resmi telah ditetapkan sebagai rumpun ternak asli Jabar pada Mei 2017. Yaitu Domba Garut, Domba Priangan, Sapi Pasundan, Ayam Pelung, Ayam Sentul, Itik Rambon, Itik Cihateup dan Itik Padjajaran.

Sejauh ini, populasi ternak domba dan ayam ras pedaging di Jabar masih menjadi yang terbesar di Indonesia. Pesta patok diikuti seluruh kabupaten/kota se-Jabar. tgh/R-1

Penulis:

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.