Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 23 Mei 2019, 00:01 WIB

Ada Kelompok yang Adu Domba Rakyat dan Aparat

Foto: Sumber Polda Metro Jaya

JAKARTA - Kepala Polri, Jenderal Pol Tito Karnavian, mengingatkan masyarakat bahwa ada upaya dari pihak tertentu melakukan adu domba dan menciptakan situasi, membuat publik marah kepada aparat keamanan. Caranya, kata dia, dengan menciptakan martir saat demo penolakan hasil rekapitulasi suara Pilpres 2019.

Kapolri mengatakan pihaknya sudah mengamankan tiga senjata api laras panjang M4, revolver, dan glock. Enam orang diamankan terkait senpi tersebut. Tiga senpi tersebut ditunjukkan dalam jumpa pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (22/5).

"Kepolisian sudah melakukan penangkapan sejumlah orang berikut senjata api bertujuan membuat kerusuhan tanggal 22 Mei. Paling tidak ada enam orang yang diamankan," kata Tito dalam jumpa pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (22/5).

Menurut Tito, mereka menargetkan penembakan terhadap aparat keamanan atau pejabat. Target lain adalah pendemo, seolah-olah aparat keamanan yang menembak. "Supaya timbul martir, alasan membuat publik menjadi marah, yang disalahkan aparat pemerintah," kata Tito.

Tito mengatakan pihaknya juga menemukan uang dengan jumlah total enam juta rupiah dari para provokator yang ditangkap karena melakukan aksi anarkistis di Asrama Brimob Petamburan.

Bahkan, saat diperiksa, provokator yang mayoritas adalah anak-anak muda ini mengaku dibayar untuk melakukan aksinya. "Ditemukan di mereka amplop yang berisi uang. Totalnya kurang lebih enam juta rupiah yang terpisah-pisah amplopnya. Mereka mengaku ada yang membayar. Dan kita lihat juga, mohon maaf, sebagian dari pelaku yang melakukan aksi juga memiliki tato," ujar Tito.

Tito membenarkan adanya informasi enam orang yang meninggal akibat kerusuhan di Jalan KS Tubun, Petamburan, Jakarta. Namun, ia menegaskan luka tembak yang menyebabkan korban meninggal itu bukan tindakan kepolisian.

"Harus diperjelas, di mana dan apa sebabnya. Jangan langsung apriori karena kami temukan barang-barang seperti ini di luar TNI dan Polri," kata Tito.

Untuk itu, Tito mengimbau kepada masyarakat Indonesia agar tetap tenang menghadapi situasi saat ini. Ia juga berharap masyarakat tidak menuduh TNI dan Polri. "Saya minta masyarakat tetap tenang, tidak apriori dan tidak menuduh aparat pemerintah dan keamanan yang melakukan tindakan," katanya.

Orang Berbeda

Di tempat yang sama, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto, mengatakan kerusuhan yang terjadi tengah malam hingga dini hari, Rabu (22/5), di KS Tubun, dilakukan oleh orang yang berbeda dari aksi di depan Kantor Badan Pengawas Pemilu.

"Yang menyerang itu preman-preman yang dibayar, bertato," ujar Wiranto. Wiranto juga mengingatkan bahwa aparat tidak mungkin membunuh rakyat. Ini terkait tuduhan bahwa aparat keamanan telah melakukan kekerasan hingga menimbulkan enam korban meninggal.

"Saat demo, aparat diinstruksikan untuk tidak menggunakan senjata. Mereka menggunakan perisai dan pentungan, bukan senjata api. Tidak mungkin aparat membunuh rakyat," kata Wiranto.

Wiranto mengatakan tuduhan kepada aparat atas meninggalnya enam orang dalam aksi massa itu dilakukan agar masyarakat tidak percaya kepada pemerintah. "Korban ini dituduhkan kepada aparat keamanan, seakan-akan aparat yang melakukan tindakan sewenang-wenang. Saya katakan tidak. Jangan diputar balikkan," kata Wiranto. Ant/P-4

Redaktur: Khairil Huda

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.