Digitalisasi dan Kolaborasi, Kanal Pupuk Indonesia Lebih Dekat Dengan Petani
- Pertanian Modern
INOVASI teknologi dibutuhkan untuk mempertahankan kesuburan tanah dari dampak perubahan iklim, tekanan populasi, dan pertumbuhan permintaan pangan global. Penggunaan sensor tanah seperti Mobil Uji Tanah hingga teknologi bio-remediasi diharapkan bisa meningkatkan efisiensi pengelolaan tanah sekaligus solusi untuk tantangan pertanian saat ini.

Ket. Penggunaan teknologi pemantau kesuburan tanah adalah revolusi tentang cara memahami dan mengelola tanah pertanian.
Doc: antara
Penggunaan teknologi pemantau kesuburan tanah adalah revolusi tentang cara memahami dan mengelola tanah pertanian. Sensor tanah dan teknologi pemantauan memungkinkan petani untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang kondisi tanah secara real time.
Dengan menggunakan sensor yang ditanam di dalam tanah, petani dapat memantau tingkat kelembaban, suhu, dan kandungan nutrisi tanah. Data yang dikumpulkan pun lebih akurat, yang dijadikan informasi dan pedoman untuk mengetahui kebutuhan tanaman. Dengan demikian, memudahkan dalam menakar dosis yang tepat untuk penggunaan pupuk dan air.
Digitalisasi dalam sistem pertanian sudah diimplementasikan PT Pupuk Indonesia (Persero) melalui kemitraan on farm yang dikenal dengan “Program Makmur” yang merupakan singkatan dari “Mari Kita Majukan Usaha Rakyat”. Program Makmur mengawal dan mendampingi petani secara intensif dalam budidaya pertanian berkelanjutan yang didukung teknologi.
Program Makmur seperti disampaikan Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia, Tri Wahyudi Saleh merupakan ekosistem pertanian yang terintegrasi dari hulu ke hilir sehingga bermanfaat bagi petani meningkatkan produktivitas guna mewujudkan program swasembada pangan Pemerintah.
Program yang diluncurkan Pupuk Indonesia sejak Agustus 2021 itu, kini melibatkan beberapa perusahaan seperti produsen benih Sang Hyang Seri, Bank-bank Himbara, PSI-TP Kementerian hingga Bulog sebagai offtaker.
Pupuk Indonesia pada 2025 menargetkan realisasi program Makmur di lahan seluas 500 ribu hektare yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia atau meningkat dari tahun 2024 di atas lahan seluas 450 ribu hektare yang melibatkan lebih dari 200 ribu petani.
Anda mungkin tertarik:
Inovasi Pemasaran
Dalam beberapa kesempatan, Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi memastikan pemenuhan kebutuhan pupuk nasional dengan melalui dua strategi yakni meningkatkan produksi dan inovasi korporasi.
Sebagai implementasinya, perseroan membangun pabrik NPK Pupuk Iskandar Muda, pabrik NPK Phonska V Pupuk Petrokimia Gresik, dan revitalisasi pabrik III-B milik PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri). Jika revitalisasi rampung sesuai target pada 2027, maka pabrik akan memiliki kapasitas produksi 445 ribu ton amonia dan 907 ribu ton urea per tahun, sehingga mampu mendukung program percepatan swasembada pangan.
Selain di produksi, inovasi dalam pemasaran juga terus berjalan diantaranya Program Gebyar Diskon Pupuk di 30 kota di seluruh Indonesia. Hal itu sebagai komitmen perusahaan memberikan layanan terbaik bagi para petani memperoleh pupuk bersubsidi yang mudah diakses.
Perseroan juga selalu berupaya lebih dekat dengan petani melalui program “Pupuk Indonesia Menyapa” dan mengajak para petani menebus pupuk bersubsidi lewat program “Tebus Bersama.”
Pupuk Indonesia juga bersama Kementerian Pertanian mengimplementasikan aplikasi i-Pubers yang kini sudah beroperasi 100 persen secara nasional. Aplikasi tersebut, memungkinkan petani menebus pupuk bersubsidi di seluruh kios mitra Pupuk Indonesia hanya dengan menggunakan KTP dan memastikan mereka bisa menebus pupuk sesuai alokasi yang ditetapkan.
“Kami berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa, menjaga kelangsungan hidup bangsa dengan menjaga ketahanan pangan dan ketersediaan pasokan pupuk di seluruh Tanah Air,” pungkas Rahmad.