Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

10 Ribu Langkah Per Hari, Perlukah?

Foto : ANWAR AMRO / AFP
A   A   A   Pengaturan Font

Sebenarnya dari mana asal angka 10.000 langkah, sehingga menjadi patokan? Jika dirunut, angka tersebut berasal dari Yamasa Clock, sebuah merek pedometer asal Jepang yang menjual produk pertama kali pada 1965. Perangkat itu sering disebut Manpo-kei. Jika diterjemahkan dalam bahasa Inggris berarti 10.000 steps meter.

Sejak penyebaran alat Manpo-kei di seluruh dunia, istilah 10.000 meter menjadi target aktivitas langkah harian. Bahkan angka tersebut dijadikan patokan target produk jam tangan pintar populer saat ini, Fitbit.

Menurut seorang ahli fisiologi kesehatan University of Hertfordshire, Lindsay Bottoms, beberapa penelitian telah menyelidiki target 10.000 langkah sehari dapat meningkatkan kesehatan jantung, kesehatan mental, bahkan menurunkan risiko diabetes. Namun demikian, belum dapat dijelaskan mengapa masyarakat terjebak dengan angka ini.

Pada masa Roma kuno, jarak sebenarnya diukur dengan menghitung langkah kaki. Ini mengacu pada kata "mil" berasal dari frase Latin mila passum, yang berarti 1.000 langkah. Dengan asumsi berjalan sekitar 100 langkah per menit, maka dibutuhkan waktu rata-rata kurang dari 30 menit untuk berjalan 1 mil.

Jadi, agar seseorang dapat mencapai target 10.000 langkah, perlu berjalan 4 sampai 5 mil atau 6,4 km hingga 8 km sehari. Jika dihitung dalam satuan waktu, maka aktivitas berjalan yang perlu dilakukan, selama sekitar 2 jam.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan orang dewasa untuk melakukan aktivitas fisik selama 150 menit per pekan atau 75 menit aktivitas fisik berat. Lembaga itu menyebut olahraga dengan intensitas rendah dapat meningkatkan kesehatan. Olahraga meskipun intensitas sedang bisa mendapat hasil yang lebih besar.

Jika 150 menit per pekan menjadi target yang direkomendasikan WHO, maka aktivitas bekerja sepanjang hari sudah dapat berkontribusi untuk mencapai target itu. Aktivitas juga dapat membantu mengurangi bahaya duduk dalam waktu lama.

WHO menyebutkan, duduk selama delapan jam atau lebih setiap hari berisiko kematian 59 persen lebih tinggi dibanding duduk kurang dari empat jam setiap hari. Melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang selama 60-75 menit per hari dipercaya akan menurunkan risiko kematian. "Maka, kemungkinan melakukan jalan cepat dapat membantu mengurangi efek negatif duduk terlalu lama," kata Bottoms.

Ganggu Metabolisme

Berbeda dengan WHO, penelitian terbaru University of Texas menunjukkan, berjalan kurang dari 5.000 langkah sehari membuat tubuh kurang mampu memetabolisme lemak keesokan harinya, sehingga akan menumpuk.

Penumpukan lemak dalam tubuh juga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena penyakit kardiovaskular dan diabetes. Hal ini semakin didukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan orang berjalan kurang dari 4.000 langkah mengganggu metabolisme lemak.

Berjalan lebih dari 5.000 langkah dapat mengurangi risiko kematian karena dapat mengurangi risiko terkena penyakit kronis seperti demensia dan kanker tertentu. Dalam beberapa kasus, ini membantu meningkatkan kondisi kesehatan seperti diabetes tipe 2.

Olahraga membantu meningkatkan dan memelihara sistem kekebalan tubuh. Dengan berjalan 10.000 langkah, orang memperoleh manfaat kesehatan. Namun berjalan setengahnya juga masih bermanfaat.

"Jika orang ingin menambah jumlah langkah setiap hari atau hanya ingin bergerak lebih banyak, salah satu cara mudah untuk melakukannya adalah meningkatkan jumlah langkah saat ini sekitar 2.000 langkah sehari," lanjut Bottoms.

Ia menyarankan, cara mudah bergerak lebih banyak setiap hari termasuk berjalan ke tempat kerja jika memungkinkan. Mereka yang bekerja dari rumah dapat mengambil bagian dari program latihan daring.

hay/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top