Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 06 Agu 2019, 01:00 WIB

Perlu Penghematan Listrik

Foto: koran jakarta/ones

oleh Dr Elkana Timotius, ST, MM, MT

Aliran listrik tiba-tiba putus pada hari Minggu (4/8) siang. Aliran listrik yang terputus sejak tengah hari tersebut bukan secara lokal, namun terjadi serentak di wilayah yang cukup luas, mulai dari Jakarta, Banten, Jawa Barat, hingga Jawa Tengah. Masyarakat dikejutkan dan bertanya-tanya karena tidak ada pemberitahuan awal mengenai padamnya listrik ini.

Banyak informasi berseliweran di media sosial, namun tidak ada satu pun yang memberi kepastian waktu listrik akan menyala kembali. Hingga menjelang malam, khususnya di Jakarta, listrik tetap padam, bahkan merembet ke persoalan sosial lainnya yang selama ini belum pernah terpikirkan.

Ternyata tanpa disadari, keberadaan listrik begitu besar pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat modern. Benarkah demikian?

Dalam waktu singkat, pusat-pusat perbelanjaan diserbu masyarakat yang memerlukan pasokan listrik. Mereka bukan hanya mencari penerangan atau sekadar mencari tempat berpenyejuk udara, namun juga berupaya memenuhi kebutuhan mendasar lainnya, seperti mencari tempat penyedia makanan dan toilet yang layak.

Bagi masyarakat modern, kebutuhan mengisi daya gawai menjadi keharusan agar tetap memiliki teknologi komunikasi dalam genggaman. Terputusnya aliran listrik secara massal selama hampir sepuluh jam bahkan ada yang 24 jam lebih telah menimbulkan kekhawatiran secara psikologis.

Beberapa operator seluler tidak jalan. Jaringan komunikasi terputus, termasuk telepon rumah tidak dapat digunakan. Sarana transportasi online sulit digunakan akibat matinya jaringan internet. Pembayaran transaksi digital nontunai pun tidak dapat digunakan.

Penggunaan uang tunai harus dilakukan dalam bertransaksi. Ironisnya, banyak mesin anjungan tunai mandiri (ATM) juga mati karena ketiadaan aliran listrik. Informasi resmi sulit diperoleh karena tidak banyak stasiun radio yang masih mengudara. Selain itu, sulit mengakses media online yang selama ini selalu menyediakan berita secara akurat dan cepat.

Transportasi terganggu karena ketiadaan lampu penerangan jalan dan lampu pengatur lalu lintas mati. Kemudian, kendala dalam pembayaran tol dan kegiatan operasional sarana transportasi massal terhenti.

Kehidupan sejenak harus kembali ke zaman dulu dalam keheningan teknologi, bahkan minim pancaran sinar bulan malam itu.

Teknologi

Teknologi yang telah berkembang pesat dan memiliki fitur canggih tetap memerlukan sumber daya sebagai faktor utama menghidupi. Seringkali keberadaan listrik diabaikan karena dianggap sebagai teknologi lama yang 'pasti' tersedia.

Kecanggihan teknologi dengan segala kemudahannya menjadi lebih bergengsi untuk diperhatikan ketimbang pasokan listriknya. Padahal tidak dapat dipungkiri, listrik telah menjadi kebutuhan primer, selain sandang, pangan, dan papan bagi masyarakat modern.

Dikutip dari sebuah media, Direktur Pengadaan Strategis Dua PLN, Djoko Rahardjo Abumanan, mengatakan bahwa kelebihan beban listrik di wilayah barat Pulau Jawa, khususnya Jakarta, Bekasi, dan Banten menjadi penyebab padam secara massal.

Pasokan listrik selama ini belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga harus dipasok dari sejumlah pembangkit di wilayah timur Pulau Jawa.

Disinyalemen terjadi lonjakan konsumsi listrik yang tidak bisa diimbangi pasokan mengakibatkan sistem terganggu dan otomatis padam. Kejadian dua hari lalu hingga kemarin menghentak banyak kalangan akan pentingnya menjaga sumber energi dalam kehidupan.

Listrik yang menjadi salah satu sumber energi seringkali disia-siakan. Upaya penghematan listrik tidak pernah dilakukan secara serius. Kalaupun dijalankan hanya terbatas pada wacana atau kegiatan seremonial.

Kehidupan masyarakat modern tidak dapat dilepaskan dari listrik mulai yang sederhana sampai penggunaan teknologi terbaru sekalipun. Tanpa listrik, seluruh kehidupan terganggu, bahkan dapat mengancam kejadian-kejadian fatal.

World Wide Fund for Nature (WWF), telah mencanangkan kegiatan global berupa earth hour sejak tahun 2007. Pemadaman listrik selama satu jam di hari Sabtu terakhir bulan Maret setiap tahun bertujuan mengatasi pemanasan global melalui penghematan listrik.

Apakah kegiatan yang telah berlangsung di lebih dari 7.000 kota lebih 170 negara itu hanya akan berlangsung begitu-begitu saja? Sejatinya, sebagai masyarakat modern, kecanggihan teknologi perlu diimbangi perilaku yang bijak untuk mengelolanya.

Kebutuhan listrik tentunya akan semakin meningkat seiring perkembangan teknologi, tetapi efisiensi penggunaannya perlu semakin digalakkan. Dengan begitu, agar tidak terjadi lagi konsumsi listrik berlebihan, sehingga tidak pasokan dari pembangkit listrik tidak cukup.

Para ahli teknik dituntut mengembangkan teknologi penggunaan lis trik yang minimal. Budaya penghematan listrik perlu kembali ditanamkan sejak dini seperti membiasakan mematikan peralatan listrik yang tidak perlu.

Pola kehidupan masyarakat modern bukan hanya ditandai dengan penggunaan teknologi-teknologi yang semakin canggih, tetapi juga dibarengi dengan perilaku yang semakin bijak. Ke depan warga harus semakin efisien menggunakan listrik. Penulis Dosen Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta

Penulis: Arip, CS Koran Jakarta, Dika, Dimas Prasetyo, Dio, Fathrun, Gembong, Hamdan Maulana, Hayyitita, HRD, Ichsan Audit, Ikn, Josephine, Kelly, Khoirunnisa, Koran Jakarta, Leni, Lukman, Mahaga, Monic, Nikko Fe, Opik, Rabiatul Adawiyah, Rizky, Rohmad, Sujar, Tedy, User_test_2, Wahyu Winoto, Wawan, Zaky

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.