Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kanker Tiroid

Waspadai Pembengkakan di Leher Depan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Sebagian besar kasus kanker tiroid dapat disembuhkan. Jika diketahui sejak dini dan pasien kanker tiroid menjalani pengobatan dengan baik dan tepat, maka angka harapan hidup (survival rate) dapat mencapai 100 persen.

Sebagian besar masyarakat sampai saat ini masih berpendapat bahwa kanker merupakan penyakit yang menyeramkan dan tidak dapat disembuhkan. Namun, kanker tiroid merupakan kanker yang paling dapat disembuhkan dibandingkan dengan jenis kanker yang lain.

Masyarakat dihimbau untuk mewaspadai dan memahami gejala kanker tiroid seperti munculnya benjolan atau pembengkakan pada bagian depan leher yang terlihat ikut bergerak naik turun dengan gerakan menelan.

"Benjolan tersebut biasanya tidak terasa sakit, kadang-kadang dapat disertai gejala sulit menelan, sesak napas, atau suara serak. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua benjolan yang muncul pada kelenjar tiroid disebabkan oleh kanker tiroid," ujar Ahli Endokrin dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) - RSCM Farid Kurniawan dalam jumpa pers di Jakarta, pekan lalu.

Karena itu, deteksi dini penting untuk dilakukan mengingat kanker tiroid pada tahap awal cenderung tidak menunjukkan gejala sama sekali. Jika menemukan adanya benjolan di leher maka diharapkan segera berkonsultasi dengan dokter untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kanker tiroid.

Di samping kanker tiroid, masyarakat juga diharapkan mewaspadai gangguan tiroid lainnya seperti kadar hormon tiroid yang terlalu tinggi (hipertiroid) atau terlalu rendah (hipotiroid). Jika menemukan gejala-gejala gangguan tiroid, segera lakukan konsultasi kepada dokter.

Gangguan tiroid, terutama Hipertiroid, lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, berdasarkan gejala yang dikeluhkan, didapatkan sekitar 0,4 persen populasi Indonesia menderita hipertiroid.

"Hipertiroidisme berarti aktivitas kelenjar tiroid yang terlalu tinggi, ditandai dengan tingginya kadar hormon tiroksin di dalam darah. Hal ini menyebabkan tingkat metabolisme meningkat dan menimbulkan gejala-gejala antara lain jantung berdebar, tangan gemetar, tingginya serum hormon tiroid bebas," ujar Farid.

Gejala pada hipertiroid yaitu jantung berdebar, badan gemetaran, keringat berlebih, tidak tahan suhu panas, sulit tidur, buang air besar bisa 3-4x sehari (bukan diare), berat badan menurun, dan emosi yang kurang stabil.

"Sering ditemui pasien hipertiroid terlihat -tidak bisa diam, cenderung bergerak terus seperti orang gelisah," ucap Farid.

Terdapat berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kondisi hipertiroid. Salah satu penyebab tersering adalah penyakit Graves, yang merupakan penyakit autoimun. Tubuh mengeluarkan antibodi yang disebut Thyroid-Stimulating Immunoglobulin (TSI) yang akan menempel pada reseptor di kelenjar tiroid dan merangsang kelenjar untuk memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.

Penyebab lain adalah toxic goiter (adenoma toksik), suatu benjolan atau nodul di kelenjar tiroid yang secara otonom memproduksi hormon tiroid berlebihan, terlepas dari sistem regulasi tubuh pasien. Hipertiroid yang berat, sering disebut krisis tiroid atau badai tiroid/thyroid storm, jika tidak ditatalaksana dengan baik dapat mengancam jiwa pasien.

"Sebaliknya pada kasus hipotiroid, didapatkan kadar hormon tiroid dalam darah yang kurang dari normal," imbuhnya.

Belum ada data penelitian yang dapat menggambarkan persentase penduduk Indonesia dengan hipotiroid. Sebagai perbandingan, di AS, berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sebanyak 4,6 persen populasi AS mengalami hipotiroid tetapi jika berdasarkan gejala hipotiroid yang jelas hanya didapatkan pada 0,4 persen populasi.

Umumnya gejala yang muncul pada hipotiroid yaitu rasa lelah berkepanjangan, berat badan cenderung naik, tidak tahan terhadap suhu dingin, kulit kasar dan kering, bengkak di kaki, rambut rontok, sembelit, sulit konsentrasi, serta penurunan libido.

Penyebab hipotiroid, antara lain, penyakit autoimun Hashimoto, obat-obatan tertentu, atau cacat lahir (hipotiroid kongenital). Melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium kadar hormon tiroid dalam darah, dokter dapat mendeteksi adanya kondisi hiper-maupun hipo-tiroid. san/R-1

Pertumbuhan yang Lambat

Tentang benjolan pada kelenjar tiroid, Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia cabang Jakarta, Dante Saksono Herbuwono menjelaskan, benjolan pada kelenjar tiroid sebenarnya jumlahnya cukup banyak ditemukan di populasi bahkan jika dilakukan General Check Up dengan USG, angkanya bisa mencapai 50 persen dari populasi.

"Tetapi hanya sekitar 1-5 persen dari benjolan tersebut yang sifatnya ganas (kanker). Benjolan di dalam tiroid dapat merupakan benda padat atau berisi cairan dan berdasarkan fungsinya bisa normal, hiper- maupun hipotiroid," ujarnya.

Ia memaparkan, kanker tiroid merupakan kanker yang pertumbuhannya lambat, pada tahap awal hampir tidak memiliki gejala tetapi pada beberapa pasien dapat menimbulkan gejala, antara lain sakit tenggorokan, kesulitan dalam menelan, perubahan suara menjadi serak, rasa sakit pada bagian leher, atau sesak napas.

"Pada beberapa pasien juga dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher yang biasanya tidak nyeri," tuturnya.

Kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker tiroid adalah mereka yang dengan riwayat kanker tiroid di keluarga, faktor genetik, riwayat mendapat paparan radioaktif di daerah leher, dan merokok.

Kanker tiroid juga tiga kali lebih banyak ditemukan pada wanita daripada laki-laki. Pada wanita paling sering terjadi pada usia 40 sampai 50-an tahun sedangkan pada laki-laki biasanya pada usia yang lebih tua.

"Untuk mendeteksi kanker tiroid dapat dimulai dengan mengetahui apakah ada benjolan di dalam kelenjar tiroid. Jika ukuran benjolan cukup besar, biasanya sudah langsung terlihat di leher. Ciri khas dari benjolan yang berasal dari tiroid adalah benjolan tersebut ikut bergerak pada saat menelan," kata Dante.

USG tiroid merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang yang dapat dilakukan jika mencurigai adanya benjolan di tiroid. Dari gambaran USG dapat dilihat karakteristik benjolan apakah cenderung ke jinak atau ganas.

Pemeriksaan lain yang juga sangat membantu dalam diagnosis kanker tiroid adalah biopsi aspirasi jarum halus. Tindakan ini relatif mudah dilakukan, dapat dengan atau tanpa panduan USG.

Kanker tiroid merupakan salah satu jenis kanker yang bisa disembuhkan dengan angka kekambuhan yang relatif kecil. Terapi dengan operasi pengangkatan seluruh kelenjar tiroid, supresi dengan hormon tiroksin, dan bila diperlukan terapi ablasi iodium radioaktif, pada sebagian besar pasien akan diperoleh angka harapan hidup 5 atau bhakna 10 tahun dapat mencapai 100 persen. san/R-1

Komentar

Komentar
()

Top