![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Warga Yaman Jalani Bulan Puasa di Tengah Lonjakan Harga Pangan
HARGA PANGAN MELONJAK I Warga Yaman berbelanja di pasar Sanaa, Yaman, pada hari pertama bulan suci Ramadan, Sabtu (2/4) malam waktu setempat. Warga akan menjalani bulan Ramadan dalam kondisi yang penuh keresahan karena melonjaknya harga pangan
Foto: MOHAMMED HUWAIS / AFPSANAA - Warga Yaman menjalani bulan Ramadan dalam kondisi yang penuh keresahan karena melonjaknya harga pangan akibat dampak pandemi Covid-19 dan konflik antara Russia dengan Ukraina.
Kendati di tengah ancaman kelaparan, masyarakat negara tersebut sedikit bernapas lega dengan gencatan senjata selama dua bulan yang ditengahi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) antara pihak-pihak yang bertikai mulai pada Sabtu (2/4) malam waktu setempat.
Kantor berita Xinhua menyebutkan warga miskin di negara itu harus menunggu lama untuk mendapatkan makanan gratis di acara-acara amal pada hari pertama Ramadan, yang dimulai pada Minggu (3/4).
Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Children's Fund/UNICEF) sebelumnya memperingatkan bahwa jutaan warga Yaman berisiko mengalami kelaparan sebagai akibat dari konflik militer selama bertahun-tahun di negara tersebut dan kemerosotan tajam ekonominya.
Situasi Sulit
Melonjaknya harga pangan global memang tidak terlepas dari konflik Russia dan Ukraina yang memiliki daerah penghasil biji-bijian. Kedua negara merupakan salah satu lumbung pangan utama dunia dengan menyumbang sebagian besar kebutuhan dunia dalam beberapa komoditas, seperti gandum, minyak sayur, dan jagung.
Gangguan arus ekspor akibat invasi Russia dan sanksi internasional telah memicu kekhawatiran akan krisis kelaparan global, terutama di Timur Tengah dan Afrika, di mana efek sampingnya sudah mulai terasa.
Seperti di Yaman, negara termiskin di wilayah Arab, di mana perang berkepanjangan sejak 2014 telah memicu salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Harga pangan melonjak sejak tahun lalu.
Apalagi, Ukraina merupakan negara yang memasok hampir sepertiga dari impor gandum Yaman. Kondisi tersebut telah meningkatkan kekhawatiran akan bencana kelaparan yang semakin dalam.
Mohsen Saleh, seorang warga di Ibu Kota Sanaa, mengatakan bahwa setiap tahun harga melonjak menjelang Ramadan, tetapi tahun ini, harga telah melonjak tajam, orang tidak dapat menerimanya.
"Situasi ekonomi sangat sulit," kata pria berusia 43 tahun itu kepada AFP. "Kebanyakan orang di Yaman miskin," tambahnya.
Selain di Yaman, negara Timur Tengah lainnya yaitu Suriah juga terancam mengalami kelaparan.
Konflik yang terjadi sejak 2011, telah menjerumuskan hampir 60 persen populasi ke dalam kerawanan pangan.
Bagi kebanyakan warga di Suriah, Ramadan telah menjadi kenangan menyakitkan akan masa lalu yang lebih baik.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Eko S, Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 PLN UP3 Kotamobagu Tanam Ratusan Pohon untuk Kelestarian Lingkungan
- 2 Belinda Bencic Raih Gelar Pertama
- 3 Masih Jadi Misteri Besar, Kementerian Kebudayaan Dorong Riset Situs Gunung Padang di Cianjur
- 4 Ada Efisiensi Anggaran, BKPM Tetap Lakukan Promosi Investasi di IKN
- 5 Regulasi Pasti, Investasi Bersemi! Apindo Desak Langkah Konkret Pemerintah
Berita Terkini
-
Laga Bali United lawan Prawira dimulai lagi dari skor 0-0 usai ditunda
-
Pemprov DKI Jakarta Perluas Jangkauan Program Makan Bergizi Gratis
-
Anyaman Rotan Long Beliu, Jaga Hutan Kalimantan Timur
-
Kejari sita barang bukti hasil penggeledahan di kantor DPMPD Tangerang
-
Pontianak Tingkatkan Standarisasi Perpustakaan