Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebersihan Lingkungan

Warga Kampung Muka Ancol Olah Sampah Organik

Foto : ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi

Warga binaan Koperasi Konsumen Kampung Muka Mandiri menuangkan pupuk cair hasil olahan sampah dapur atau limbah organik rumah tangga di kawasan Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, Minggu (22/8).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Warga Kampung Muka, Kelurahan Ancol, Pademangan, Jakarta Utara menukar setiap satu kilogram sampah dapur atau limbah organik rumah tangga dengan uang 3.000 rupiah dari Koperasi Konsumen Kampung Muka Mandiri.
"Jadi, mengurangi sampah-sampah yang bau, kayak nasi-nasi bekas. Terus, dapat uangnya senang," kata salah satu warga Kampung Muka, Nur Hayati kepada wartawan di Jakarta Utara, Senin (23/8).
Ia menilai kegiatan itu bermanfaat karena membantu mengurangi sampah dapur atau limbah organik dan penghasilannya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pada masa pandemi.
Menurut Nur Hayati, dirinya dapat mengumpulkan sampah organik setiap bulan rata-rata lebih dari 30 kilogram sehingga bisa mendapat imbalan 80 ribu hingga 100 ribu rupiah. "Rata-rata dapat uangnya biasanya 80 ribu rupiah, pernah 100 ribu rupiah. Pernah lebih, tergantung banyak atau tidak sampahnya," ujar Nur.
Sampah organik itu dikumpulkan ibu-ibu binaan Koperasi Konsumen Kampung Muka Mandiri secara berkeliling dari rumah ke rumah warga.
Setelah terkumpul, mereka lalu membawanya ke penampungan sementara untuk kemudian diolah dalam mesin reaktor untuk dijadikan pupuk cair yang bernilai jual lagi.
Setiap sepuluh kilogram sampah ditambah sepuluh liter air beras yang diolah dalam mesin reaktor akan menghasilkan pupuk cair sebanyak 20 liter. Pupuk cair itu biasanya diminati masyarakat yang ada di kawasan Pademangan, setiap liternya biasa dibanderol 15 ribu rupiah.
Ketua Koperasi Konsumen Kampung Muka Mandiri Komarudin mengatakan tujuan diadakan pengolahan pupuk cair itu ada dua, yaitu mengurangi sampah organik di lingkungan serta memberikan penghasilan tambahan kepada warga Kampung Muka. "Jadi, dengan adanya reaktor seperti ini, kita bisa memberdayakan warga juga," kata Komarudin.
Ia mengatakan setiap ibu-ibu binaan koperasi berkeliling, mereka berhasil mengumpulkan sampah dapur rata-rata satu kilogram yang dapat ditukar uang 3.000 rupiah.
Ibu-ibu binaan yang mengumpulkan sampah itu juga mendapatkan upah yang dihitung dari waktu satu bulan. "Kami hitung pendapatannya mereka itu. Jadi, setiap hari itu yang mengumpulkan sampah organik dicatat, setelah dicatat mereka akan mendapatkan upah. Itu buat tambahan kebutuhan warga sendiri, koperasi yang mengelola. Nanti (pupuk cair hasil olahan sampah dapur warga) kami jual ke anggota kami, jadi selama ini pemasaran cuma di wilayah kami saja," kata Komarudin. Ant/S-2


Redaktur : Sriyono
Penulis : Sriyono

Komentar

Komentar
()

Top