Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Waduh Semoga Tidak Terjadi! Bukan Perang, Justru Ancaman dari Rusia Ini Bisa Timbulkan Kehancuran Dahsyat Hingga Bunuh Jutaan Orang

Foto : Istimewa

Ilustrasi Bendera Rusia

A   A   A   Pengaturan Font

Para ilmuwan telah mengeluarkan peringatan terkait kondisi Gunung berapi Bolshaya Udina di Semenanjung Kamchatka, Rusia yang kembali aktif sejak tiga tahun lalu. Menurut para ahli, letusan gunung tersebut bisa menyebabkan kehancuran dahsyat bagi jutaan orang.

Sebelumnya, gunung berapi kolosal setinggi 3.000 meter di timur jauh Rusia dianggap punah hingga tahun 2019. Kala itu, sebuah studi terobosan mengungkapkan bahwa gunung tersebut kembali aktif dan bisa meletus dengan hebat.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa letusan dari Bolshaya Udina dapat menyebabkan kehancuran seperti yang belum pernah terlihat sejak Pompeii.

Dalam studi mereka, ahli geofisika menemukan bahwa peningkatan seismisitas dan "intrusi magma" yang diukur di gunung berapi Bolshaya Udina sejak akhir 2017 membenarkan klasifikasi ulangnya dari "punah" menjadi "aktif."

Wakil Direktur Institut Geologi dan Geofisika Perminyakan sekaligus peneliti utama studi tersebut, Profesor Ivan Koulakov mengatakan, gunung berapi yang telah diam dalam waktu lama, ledakannya berpotensi menjadi bencana besar.

"Sejumlah besar abu dibuang ke udara, menyebar jauh, dan tidak hanya pemukiman di sekitarnya, tetapi juga area besar di seluruh planet dapat menderita," kata Koulakov, dikutip dari Express, Rabu (6/7).

"Ingat Pompeii, kebangkitan Vesuvius didahului oleh jeda selama beberapa ribu tahun. Dan letusan di Peru pada tahun 1600 menyebabkan pendinginan di Eropa dan kelaparan di Rusia," lanjutnya.

Sebelum penelitian ini, Bolshaya Udina tidak pernah dianggap sebagai gunung berapi aktif, menjadi salah satu di antara sekelompok tebing yang memuntahkan lava, beberapa di antaranya aktif secara permanen.

Namun, Bolshaya Udina tidak menunjukkan aktivitas seismik sejak pemantauan permanen gunung berapi ini dimulai pada tahun 1961, sehingga selalu dianggap punah.

"Tanda tangan geologis menunjukkan tidak ada aktivitas seismik di sana selama ribuan tahun. Para ahli geologi bahkan tidak dapat memperkirakan kapan Udina terakhir meletus karena sudah sangat lama. Lalu tiba-tiba pada Desember 2017, beberapa aktivitas seismik dimulai di Udina," ujar Koulakov.

Awalnya, sangat sulit bagi para peneliti untuk memastikan bahwa gempa terjadi langsung di bawah Udina karena jaringan pemantau berjarak sekitar 30 km. Pakar topografi seismik mengatakan bahwa ini membuat sangat sulit untuk melokalisasi gempa ini dan terutama sulit untuk menentukan kedalamannya.

"Kemudian pada musim panas 2018, ada beberapa peristiwa yang besarnya lebih besar dari tiga, dan akhirnya pada bulan Februari tahun ini (2019), ada gempa 4,2, yang jelas sangat kuat untuk gunung berapi mana pun," tuturnya.

Koulakov pada 2019 mengatakan, desa-desa di sekitar gunug berapi akan terkena dampak signifikan jika terjadi letusan. Menurutnya, dampak letusan bisa menyebar ke luar Rusia dan mampu mempengaruhi iklim.

Ahli geofisika Ivan Koulakov mengatakan pada 2019 desa-desa di sekitar gunung berapi akan terkena dampak signifikan jika terjadi letusan. Letusan eksplosif mengancam untuk menutupi area yang luas dengan lava dan abu vulkanik, serta mengisi atmosfer.

Ini dapat menyebabkan dampak perubahan iklim jangka panjang, seperti memicu zaman es kecil, atau musim dingin nuklir. Dalam simulasi tahun 2020 yang terakhir, panen global anjlok antara 20 persen dan 40 persen selama setidaknya satu dekade. Suhu turun drastis saat iklim berubah, memicu kekeringan yang meluas, kelaparan di seluruh dunia, dan kematian puluhan juta orang.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top