![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Volume Otaknya Lebih Besar dari Manusia Modern
Foto: STEPHANE DE SAKUTIN / AFPDalam publikasi di jurnal Nature Communication, dua peneliti utama Profesor Christopher J Bae dari Universitas Hawaii dan Xiujie Wu dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, keduanya menyoroti keragaman populasi manusia purba di Asia timur setelah ditemukannya spesies baru Homo juluensis.
Foto : Jason Heaton and Ronald Clarke
Volume otak individu Homo juluensis disebut cukup besar. Dalam beberapa kasus mencapai 1.700-1.800 sentimeter kubik, sedangkan rata-rata volume otak manusia modern sekitar 1.200 sentimeter kubik, seperti dilansir Correio Braziliense.
Meskipun tengkorak mereka lebih besar, patut dipertanyakan apakah Homo juluensis lebih cerdas dibandingkan manusia modern. Profesor Christopher J Bae mengungkapkan bahwa otak Homo juluensis yang lebih besar tidak selalu berarti mereka lebih pintar, dan memperingatkan bahwa perbedaan ukuran tidak selalu menunjukkan kecerdasan yang lebih besar.
Para peneliti juga sangat tertarik dengan ukuran gigi Homo juluensis yang secara signifikan melebihi gigi Neanderthal dan Homo sapiens. Hal ini menunjukkan adanya adaptasi yang unik. Hal ini mengarahkan tim untuk membandingkan karakteristik giginya dengan Denisova, kelompok misterius manusia purba yang diketahui terutama melalui bukti DNA dan beberapa sisa fisik.
“Molar dari Xujiayao pada spesimen tipe kami juga cukup besar,” ungkap Bae. “Salah satu hal yang selalu menonjol dari gigi geraham Denisova adalah ukurannya yang cukup besar,” imbuh dia.
Kemiripan itu membuat keduanya mengusulkan hubungan antara Homo juluensis dan Denisovans terutama didasarkan pada kesamaan karakteristik gigi, khususnya ukuran geraham dan permukaan gigitan. Namun, diperlukan lebih banyak penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi hubungan antara Homo juluensis dan Denisovan.
“Temuan di Asia timur membuat kita menyadari betapa rumitnya evolusi manusia dalam pengertian yang lebih luas dan benar-benar memaksa kita untuk merevisi dan memikirkan kembali penafsiran kita terhadap berbagai model evolusi agar lebih sesuai dengan catatan fosil yang terus berkembang,” kata Bae.
Homo juluensis mampu melakukan hal-hal luar biasa. Mereka telah mampu memproduksi perkakas batu, yang menunjukkan tingkat adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan memiliki hubungan sosial yang kompleks.
Manusia purba ini kemungkinan mengolah kulit binatang untuk dijadikan pakaian, mungkin untuk perlindungan terhadap dingin, dan bertahan hidup dengan berburu binatang. Mereka berburu kuda liar dalam kelompok kecil, memanfaatkan seluruh bagian hewan untuk makanannya, termasuk daging, sumsum, tulang, dan kulit.
“Mereka mungkin berburu secara berkelompok mengepung dan menyerang makhluk-makhluk seperti kuda,” kata Bae. “Kehidupan di Tiongkok bagian utara tidaklah mudah; apalagi di musim dingin, suhunya sangat dingin. Mereka mengolah kulit hewan buruan dengan peralatan batu,” imbuh dia.
- Baca Juga: 6 Obat Herbal untuk Menurunkan Asam Lambung
- Baca Juga: 7 Film Horor Terbaik tentang Aliran Sesat
Studi ini juga menunjukkan bahwa Homo juluensis terorganisasi menjadi kelompok dan komunitas kecil yang independen. Para peneliti memperkirakan mereka membentuk komunitas berburu kecil, yang mungkin berkontribusi terhadap kerentanan mereka karena hidup dalam kelompok kecil dan ukuran populasi. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Selama 2023-2024, ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah Plastik
- 2 Kemenperin Desak Produsen Otomotif Tiongkok di Indonesia Tingkatkan Penggunaan Komponen Lokal
- 3 Jepang Siap Dukung Upaya RI Wujudkan Swasembada Energi
- 4 Irena Sebut Transisi Energi Indonesia Tuai Perhatian Khusus
- 5 Perkuat Kolaborasi, PM Jepang Dukung Indonesia untuk Jadi Anggota Penuh OECD