Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis di Myanmar

Utusan Asean Minta Junta Bebaskan Suu Kyi dari Penjara

Foto : AFP/TANG CHHIN Sothy

Utusan Khusus Asean untuk Krisis di Myanmar, Prak Sokhonn

A   A   A   Pengaturan Font

PHNOM PENH - Seorang utusan khusus Asia Tenggara untuk krisis di Myanmar pada Senin (27/6) mendesak penguasa militer di Myanmar untuk tidak menahan pemimpin terguling Aung San Suu Kyi di penjara dan memohon keringanan hukuman menjelang kunjungan utusan tersebut pada akhir pekan ini.

"Menteri Luar Negeri Kamboja, Prak Sokhonn, akan melakukan perjalanan keduanya ke Myanmar mulai Rabu (29/6), sebagai bagian dari komitmen perdamaian junta dengan 10 anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean)," kata seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Kamboja.

Suu Kyi, yang telah diadili dengan tuduhan setidaknya 20 kejahatan sejak kudeta terhadap pemerintah terpilihnya tahun lalu, telah dipindahkan ke penjara di Ibu Kota Naypyidaw dan ditahan di sel isolasi. Suu Kyi menyangkal telah bersalah atas semua tuduhan.

Suu Kyi, 77 tahun, pada pekan lalu dipindahkan dari penjara dan ditahan di sebuah lokasi yang dirahasiakan, meskipun ia dikenai hukuman berlapis untuk pelanggaran yang relatif ringan. Pemindahan tahanan Suu Kyi itu memicu ekspresi kekhawatiran yang meluas, bahkan juru bicara Sekjen PBB António Guterres mengatakan PBB sangat prihatin dengan perkembangan terakhir.

Prak Sokhonn melalui sebuah surat kepada Menteri Luar Negeri Junta, Wunna Maung Lwin, mendesak junta agar memberikan belas kasihan dan memfasilitasi kembalinya Suu Kyi ke tahanan rumah demi menjaga kesehatannya yang rapuh berdasarkan praktik supremasi hukum yang adil dan bijaksana.

"Aung San Suu Kyi dianggap secara internasional dan oleh banyak orang di Myanmar memiliki peran penting dalam kembalinya negara Anda ke keadaan normal dan rekonsiliasi nasional melalui solusi politik yang damai," tulis Menlu Prak Sokhonn.

Rumit dan Makan Waktu

Setelah terjadi penumpasan berdarah pascakudeta terhadap pengunjuk rasa, Asean tahun lalu mengadopsi rencana perdamaian lima poin untuk Myanmar, termasuk penghentian segera kekerasan junta terhadap rakyatnya sendiri.

Namun, rencana tersebut sebagian besar telah gagal karena junta terus melakukan pembunuhan di luar proses hukum, penangkapan sewenang-wenang dan pembakaran properti sipil ketika mencoba untuk menghancurkan pasukan perlawanan bersenjata di seluruh negeri.

Prak Sokhonn kemudian ditunjuk sebagai utusan khusus Asean untuk Myanmar tahun ini agar bisa menengahi semua pihak terkait. Dia pernah mengunjungi Myanmar pada awal tahun ini tetapi hanya bertemu dengan pejabat junta saja.

Sekembalinya dari kunjungan itu, Prak Sokhonn mengatakan masalah Myanmar rumit dan akan memakan waktu lama untuk diselesaikan, karena para pemangku kepentingan belum siap untuk bekerja sama dan masih bersikeras untuk saling memerangi dan melenyapkan.ST/The Irrawaddy/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top