Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pengelolaan Keuangan

Utang Global Melonjak Menjadi US$ 305 Triliun

Foto : Sumber: IIF - KJ/ones
A   A   A   Pengaturan Font

NEW YORK - Kelompok perdagangan jasa keuangan, Institute of International Finance (IIF) menyebutkan utang di seluruh dunia naik pada kuartal pertama 2023 menjadi hampir 305 triliun dollar AS. Lonjakan tersebut akan meningkatkan biaya untuk membayar utang, sehingga memicu kekhawatiran tentang leverage (penggunaan dana yang bersumber dari utang) sistem keuangan.

Menurut IIF, utang global naik 8,3 triliun dollar AS dalam tiga bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan akhir tahun 2022, tertinggi sejak kuartal pertama tahun 2022 dan tertinggi kedua secara kuartalan yang pernah ada.

"Utang global sekarang 45 triliun dollar AS lebih tinggi dari tingkat sebelum pandemi dan diperkirakan terus meningkat dengan cepat," kata IIF dalam Global Debt Monitor triwulanannya.

Setelah mencapai puncak mendekati 360 persen pada 2021, rasio utang terhadap output telah stabil di sekitar 335 persen, di atas tingkat sebelum pandemi. Populasi yang menua dan meningkatnya biaya perawatan kesehatan terus menekan pengeluaran pemerintah.

"Sementara ketegangan geopolitik yang meningkat juga diperkirakan akan mendorong peningkatan lebih lanjut dalam pengeluaran pertahanan nasional dalam jangka menengah," tulis para peneliti IIF seperti dikutip dari Antara.

Mengingat peran sentral bank regional dalam intermediasi kredit di AS, kekhawatiran tentang posisi likuiditas mereka dapat mengakibatkan kontraksi tajam dalam pemberian pinjaman ke beberapa segmen.

"Shadow Banking"

IIF juga mencatat pertumbuhan shadow banking atau intermediasi kredit dari keuangan non-bank.

"Bank-bank bayangan sekarang menguasai lebih dari 14 persen pasar keuangan, dengan sebagian besar pertumbuhan berasal dari ekspansi cepat dana investasi AS dan pasar utang swasta," sebut IIF.

Secara khusus, laporan tersebut menyebutkan sebagian besar utang korporasi dipegang oleh perusahaan asuransi jiwa, yang meningkatkan kekhawatiran atas peningkatan eksposur mereka terhadap aset yang kurang likuid.

Laporan tersebut menunjukkan 75 persen dari pasar negara berkembang (Emerging Market/EM) melihat peningkatan tingkat utang dalam dollar AS pada kuartal pertama, dengan angka keseluruhan melewati lebih dari 100 triliun dollar AS untuk pertama kalinya.

Data menunjukkan, Tiongkok, Meksiko, Brasil, India, dan Turki membukukan kenaikan terbesar.

Pakar ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Bambang Budiarto, mengatakan utang global yang cukup tinggi di kuartal pertama mengindikasikan negara-negara masih terbelit dengan sejumlah masalah seperti krisis keuangan, upaya merangsang pertumbuhan yang butuh pembiayaan, dan investasi infrastruktur, serta kebijakan moneter yang membutuhkan pembiayaan.

"Kenaikan utang juga dipicu defisit anggaran, krisis kesehatan atau bencana alam, dan perubahan struktural dalam ekonomi global," katanya.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top