Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penanganan Wabah I Lansia Sangat Berisiko Meninggal akibat Omicron

Utamakan Vaksin "Booster" di Tempat Interaksi Tinggi

Foto : ANTARA/M IBNU CHAZAR

VAKSINASI LANSIA I Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin Covid-19 saat pelaksanaan vaksinasi lansia door to door di Kelurahan Plawad, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Jumat (18/2). Percepatan vaksinasi Covid-19 khususnya untuk lansia dan anak sangat penting dalam upaya pengendalian Covid-19, terutama varian Omicron seiring meningkatnya kasus.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), TNI, dan Polri mengutamakan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau dosis penguat (booster) di tempat-tempat dengan interaksi sosial tinggi.

"Terutama untuk yang tempat-tempat yang interaksi tinggi agar didahulukan, utamanya untuk yang suntikan ketiga, suntikan booster," kata Presiden Jokowi saat meninjau vaksinasi Covid-19 di 17 provinsi melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (18/2).

Selain pemberian vaksin Covid-19 dosis ketiga, Presiden juga menyoroti pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dosis kedua di Sulteng, yang tercatat masih sekitar 48 persen.

Presiden meminta seluruh jajaran Pemprov Sulteng, dengan dukungan TNI dan Polri, mempercepat vaksinasi dosis kedua sehingga masyarakat di Sulteng yang sudah mendapatkan dosis vaksin lengkap akan meningkat.

"Dosis pertama 86 persen, dosis kedua 48 persen. Jadi, tolong yang dosis kedua dikejar betul agar bisa mendekati angka yang dosis pertama," tegasnya.

Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Sulteng Brigjen Pol Hery Santoso melaporkan pelaksanaan vaksinasi di Sulteng dengan menyelenggarakan penyuntikan vaksin di tempat-tempat keramaian. Vaksinasi Covid-19 di Sulteng juga bekerja sama dengan komunitas masyarakat, seperti organisasi profesi, serta melakukan sistem dari pintu ke pintu yang menyasar kelompok lanjut usia.

Kematian Balita

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, melaporkan jumlah kematian anak usia di bawah 5 tahun (balita) akibat Covid-19 varian Omicron berkisar 3 persen dari total 1.090 pasien yang meninggal di Indonesia.

"Sebanyak 3 persen yang meninggal akibat Omicron adalah balita usia 0-5 tahun," kata Nadia yang dikonfirmasi melalui pesan singkat di Jakarta, Jumat sore.

Nadia mengatakan 3 persen atau setara 33 jiwa pasien Omicron dari kalangan balita yang meninggal merupakan hasil rekapitulasi kasus yang dihimpun Kemenkes per Minggu (13/2).

Ia mengatakan upaya yang dapat melindungi kaum balita dari risiko kesakitan bahkan kematian akibat Covid-19 bisa dilakukan keluarga dan orang sekitarnya dengan vaksinasi serta menjalankan protokol kesehatan yang ketat.

"Kembali kami mengimbau masyarakat, termasuk anak-anak dan kelompok lanjut usia, untuk segera melengkapi vaksinasi," katanya.

Nadia yang juga menjabat sebagai Sekretaris Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes itu mengatakan hingga kini belum ada vaksin Covid-19 yang direkomendasikan pakar untuk menyasar kaum balita. "Belum ada vaksin yang direkomendasikan (untuk balita) sampai saat ini," katanya.

Nadia menambahkan dari total 1.090 pasien Omicron yang meninggal, sebanyak 68 persen di antaranya dilaporkan belum memperoleh vaksinasi Covid-19, baik dosis pertama maupun lengkap.

Risiko fatal akibat Omicron sangat tinggi pada usia dewasa hingga lanjut usia. Nadia mengatakan Data Kemenkes menunjukkan hampir 80 persen pasien Omicron yang meninggal berusia 45 tahun ke atas


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top