Utamakan Pendekatan Kultural untuk Solusi KDRT
Pengamat sosial budaya dari Universitas Pakuan Dr Agnes Setyowati.
Foto: ANTARA/HO-Dokumentasi PribadiBOGOR - Berbagai kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi di Kabupaten Bogor, perlu dirampungkan secara budaya. “Perlu pendekatan budaya untuk mengatasi kasus-kasus KDRT yang belakangan marak di Kabupaten Bogor,” ungkap pengamat sosial budaya dari Universitas Pakuan, Dr Agnes Setyowati, Minggu (12/1).
Menurutnya, KDRT tidak hanya dipengaruhi faktor individual, tetapi juga norma dan nilai yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Agnes, setelah kasus KDRT menimpa selebgram Cut Intan Nabila di Sukaraja, kali ini menimpa NS, juga warga Sukaraja. NS sekarat setelah dibacok suaminya, SN (36).
Agnes menyebutkan, penting untuk memahami penyebab, dampak, dan cara penyelesaian KDRT dari perspektif budaya. Salah satu penyebab KDRT, kata dia, adalah norma budaya yang menganggap bahwa laki-laki sebagai kepala keluarga memiliki kuasa yang dominan. Dalam banyak kasus, masyarakat masih memegang pandangan yang menempatkan perempuan dalam posisi subordinat.
“Hal ini menciptakan ruang bagi laki-laki untuk melakukan kekerasan guna mempertahankan kontrol dan otoritas dalam keluarga,” ujar Agnes. Selain itu, faktor ekonomi juga berperan penting. Banyak keluarga mengalami kesulitan ekonomi menyebabkan stres dan ketegangan.
Ketika beban ekonomi semakin berat, individu ada yang mencari pelampiasan melalui kekerasan. Dalam konteks ini, kata Agnes, ketidakstabilan ekonomi dapat memicu konflik atau kekerasan. Para korban terutama perempuan dan anak-anak.
Dampak KDRT sangat luas dan merugikan, tidak hanya bagi korban tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Korban, terutama perempuan, sering trauma fisik dan psikologis berkepanjangan. Hal ini dapat mengganggu kesehatan mental dan menghambat kemampuan berkontribusi di masyarakat.
- Baca Juga: Para Mantan Gubernur Akan Dimintai Masukan
- Baca Juga: Rekonstruksi Penembakan Bos Rental
Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan KDRT juga berisiko mengalami gangguan perkembangan baik secara fisik maupun emosional. Ant/G-1
Berita Trending
- 1 Dorong Industrialisasi di Wilayah Transmigrasi, Kementrans Jajaki Skema Kerja Sama Alternatif
- 2 J-Hope BTS Rilis Musik Baru Maret Tahun Ini
- 3 Tak Sekadar Relaksasi, Ini 7 Manfaat Luar Biasa Terapi Spa untuk Kesehatan
- 4 7 Manfaat Luar Biasa Terapi Biofeedback untuk Kesehatan
- 5 Megawati Ajak Semua Pihak Pikirkan Masa Depan Indonesia, Tagline Cukup Indonesia Raya
Berita Terkini
- Korban Jiwa Akibat Kebakaran LA Bertambah Jadi 24 Orang
- Pasar Wait and See Sikap BI, Berikut Prediksi Pergerakan IHSG Awal Pekan
- Kabar Duka, Diplomat Senior Hasjim Djalal Tutup Usia, Berikut Profilnya
- Gunung Karangetang Tercatat Alami 53 Kali Gempa Vulkanik
- Pertamina Pastikan Ketersediaan dan Distribusi Energi di Sulut Aman