Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemilu 2019 | Acapkali Identitas Dipolitisasi melalui Interpretasi Secara Ekstrim

Ujaran Kebencian Jadi Tantangan

Foto : KORAN JAKARTA/M FACHRI

PERSIAPAN PEMILU | Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawasslu) Abhan (kanan) menjawab pertanyaan saat mengikuti Rapat Kerja dengan Komite I DPD, di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (24/9). Rapat tersbeut selain membahas persiapan penyelenggaraan Pemilu 2019 secara umum, juga menyinggung sejumlah persoalan aktual.

A   A   A   Pengaturan Font

Kebebasan menuangkan ide dan gagasan di media sosial jangan disalahgunakan untuk mengumbar ujaran kebencian, khususnya terkait pemilihan.

JAKARTA- Semua elemen harus ikut mengawal suksesnya pemilihan umum tahun 2019 yang akan digelar serentak pertama kalinya. Jangan sampai kemudian pesta demokrasi rakyat yang mestinya menggembirakan dirusak oleh racun demokrasi. Ujaran kebencian masih jadi tantangan di pemilu nanti. Di samping politik uang.

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan hal itu di Jakarta, Senin (24/9). Menurutnya, diperlukan komitmen bersama untuk mengawal kualitas pemilu mulai dari jajaran penyelenggara, pemerintah dan pemerintah daerah, ormas, partai politik, media massa, dan seluruh elemen masyarakat lainnya. Sebab tantangan demokrasi tidak mudah saat ini. " Tantangan demokrasi yang dihadapi adalah politik identitas, ujaran kebencian dan kampanye hitam. Itu yang akan dihadapi di pemilu 2019," katanya.

Tjahjo menjelaskan, kenapa politik identitas menjadi tantangan, sebab acapkali identitas dipolitisasi melalui interpretasi secara ekstrim yang bertujuan untuk mendapat dukungan dari orang-orang yang merasa 'sama' baik secara ras, etnisitas, agama, maupun elemen perekat lainnya. Dan yang membahayakan adalah tatkala radikalisme dalam bentuk ujaran kebencian bercampur dengan propaganda politik dan kampanye hitam yang kemudian itu digunakan sebagai alat meraih kekuasaan.

"Tentunya hal itu mengancam kedamaian dan pluralisme kehidupan masyarakat Indonesia" katanya.
Halaman Selanjutnya....

Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top