Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sengketa LTS

UE Siap Dukung Filipina

Foto : AFP/Rolex DELA PENA

Pertemuan Von der Leyen-Marcos Jr | Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr (kanan) berbincang dengan presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, di Istana Kepresidenan Malacanang di Manila pada Senin (31/7). Pada pertemuan ini kedua pihak membahas soal isu LTS dan perjanjian perdagangan bebas.

A   A   A   Pengaturan Font

UE menyatakan siap mendukung Filipina terkait ketegangan dengan Beijing atas Laut Tiongkok Selatan yang diperebutkan.

MANILA - Uni Eropa siap untuk meningkatkan kerja sama dengan Filipina dalam keamanan maritim di tengah ketegangan dengan Tiongkok atas Laut Tiongkok Selatan (LTS) yang diperebutkan secara teritorial. Hal itu diutarakan presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, saat ia berkunjung ke Filipina, Senin (31/7) lalu.

"Putusan pengadilan arbitrase internasional tahun 2016 yang membatalkan klaim ekspansif Beijing atas jalur air itu, mengikat secara hukum," kata Ursula von der Leyen. "Ini memberikan dasar untuk menyelesaikan perselisihan secara damai antara para pihak. Kami siap memperkuat kerja sama dengan Filipina dalam keamanan maritim di kawasan dengan berbagi informasi, melakukan penilaian ancaman dan membangun kapasitas Pusat Pengawasan Pantai Nasional dan penjaga pantai Anda," imbuh Von der Leyen setelah bertemu dengan Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr, di istana kepresidenan di Manila.

Von der Leyen dan Presiden Marcos Jr pada kesempatan pertemuan itu juga membahas kemungkinan perjanjian perdagangan antara Filipina dan UE.

UE prihatin dengan meningkatnya ketegangan di Asia, kata Von der Leyen tanpa menyebut nama Tiongkok, apalagi Penjaga Pantai Filipina yang berada di garis depan sengketa teritorial bilateral dengan Tiongkok, melaporkan dugaan pelecehan oleh penjaga pantai Tiongkok di perairan LTS di dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Manila.

"Lanskap geopolitik global sedang berubah. Ini mudah berubah dan lebih mengancam. Pemimpin otoriter menunjukkan bahwa mereka bersedia untuk bertindak atas ancaman mereka," kata Von der Leyen, menyinggung invasi Russia ke Ukraina. "Penggunaan kekuatan secara ilegal tidak dapat ditoleransi. Tidak di Ukraina, tidak di Indo-Pasifik. Keamanan di Eropa dan keamanan di Indo-Pasifik adalah tak terpisahkan. Tantangan terhadap tatanan berbasis aturan di dunia kita yang saling terhubung mempengaruhi kita semua," tutur dia.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top