Udara Panas Pengaruhi Produktivitas Manusia
Pekan lalu saat temperatur mencapai suhu 35 derajat Celcius selama beberapa hari di Eropa, orang-orang mengeluh karena kelelahan akibat suhu panas. Keluhan ini terdengar di kalangan para pekerja baik yang di kantor maupun di luar ruangan.
Lalu bagaimana dengan mereka di negara-negara khatulistiwa dan Asia selatan? Orang-orang harus bekerja di tengah udara yang kian panas akibat perubahan iklim. Dan ini tidak hanya berlangsung selama beberapa hari, tapi nyaris sepanjang tahun.
Buruh berpenghasilan rendah yang bekerja di bidang pertanian atau konstruksi utamanya yang bekerja di luar ruangan sangat rentan menderita stres karena panas. Akibatnya, mereka cepat menderita kelelahan akibat panas atau sengatan panas (heat stroke), dan terkadang kematian.
Para peneliti juga semakin tertarik untuk melacak hubungan antara tekanan panas dan penurunan produktivitas sebagai bagian dari aksi iklim yang dilihat dari segi ekonomi.
Di Afrika Selatan, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diperkirakan menurun hingga 20 persen pada 2100 jika pemanasan terjadi pada prediksi garis atas 3,5 derajat Celcius, menurut sebuah studi pada 2020 yang ditulis bersama oleh para peneliti di lembaga Euro-Mediterranean Center on Climate Change (CMCC) di Venesia, Italia.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya